Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Halo Sahabat Fimela, namaku Rahma Amalia Saraswati. Pada kesempatan kali ini, aku akan membagikan kisah tentang perjalanan hidupku dalam menghadapi dan bangkit dari berbagai kegagalan dalam mencapai mimpiku. Aku selalu yakin bahwa Allah punya rencana yang lebih indah untuk kita, dan rencana Allah adalah yang terbaik untuk kita walaupun terkadang tidak sesuai dengan rencana yang kita inginkan. Aku memegang teguh keyakinan ini dalam melewati perjalanan hidupku untuk menggapai mimpiku yang terasa begitu berliku.
Aku sekarang duduk di bangku kelas 2 SMA di suatu homeschool di Tangerang Selatan. Jujur, aku tidak pernah berpikir akan bersekolah secara homeschooling karena aku merupakan anak yang lumayan aktif dalam kegiatan sosial sekolah sejak menginjak sekolah dasar. Aku pun sering mengikuti lomba–lomba di sekolah seperti menulis puisi, membaca cerpen, berpidato, hingga lomba debat bahasa Inggris. Aku adalah salah satu murid yang senang bersekolah. Hingga suatu saat, Allah mengujiku.
Beberapa minggu sebelum aku menghadapi Ujian Nasional SMP, aku merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutku, lalu tidak lama setelah itu, aku pun muntah hebat tanpa henti sehingga aku dibawa oleh ibuku menuju UGD di rumah sakit terdekat. Setelah dokter melakukan beberapa pengecekan, dokter menyimpulkan bahwa aku hanya stres dan menderita maag ringan karena hasil CT-SCAN tidak menunjukkan adanya penyakit dalam tubuhku. Akhirnya aku dan ibuku dengan perasaan lega meninggalkan rumah sakit dan akupun mulai kembali fokus untuk mempersiapkan UN. Dua minggu sejak kejadian tersebut aku merasakan hal yang sama terjadi kembali, sakit hebat di perutku dan muntah tanpa henti yang mengakibatkan aku dirawat di rumah sakit dan tidak bisa fokus untuk belajar UN.
Dokter pun bingung karena hasil CT-SCAN ku yang bertolak belakang dengan kondisi klinisku. Akhirnya ibuku memutuskan untuk mencari second opinion ke rumah sakit lain. Hasil dari second opinion tersebut, dapat disimpulkan bahwa aku terkena penyakit Chronic Appendicitis atau bisa disebut apendiks akut dan harus dioperasi saat itu juga. Dokter mengatakan bahwa hasil CT-SCAN tersebut tidak valid karena tidak sesuai dengan kondisi klinisku. Setelah operasi aku dirawat selama 2 minggu dan aku tidak bisa mengikuti try out bersama teman-teman di sekolah karena aku masih berbaring lemah di kasur rumah sakit.
Setelah operasi dan benar-benar merasa sehat, aku pun kembali ke sekolah untuk melaksanakan UN yang menurutku tidak kupersiapkan dengan maksimal dikarenakan kondisi kesehatanku. Setelah aku mendapatkan nilaiku yang tidak sesuai dengan ekspektasiku, akupun diterima di suatu SMA negeri favorit di Tangerang Selatan.
Saat aku sedang menikmati awal masa SMA-ku, Allah kembali mengujiku, sakit itu kembali datang menyerang perutku dan aku harus bolak-balik ke rumah sakit. Aku sering tidak masuk sekolah dan pihak sekolah tidak bisa mentolerir hal tersebut. Akhirnya aku putuskan untuk pindah sekolah. Bersamaan dengan itu, dokter mendiagnosa bahwa aku terkena perlengketan usus dan harus segera dioperasi. Jujur, saat itu adalah saat yang terberat untukku, aku bertanya kepada Allah, kenapa harus aku? Bagaimana dengan mimpiku? Apa aku harus menggulung cita-citaku? dan ternyata sekarang aku tahu jawaban atas pertanyaan itu. Jawabannya adalah, karena Allah menyayangiku dan Ia sudah punya rencana indah di balik semua ini untukku.
Setelah mempertimbangkan kesehatanku, ibuku memutuskan untuk menyekolahkanku secara homeschooling di suatu homeschool dekat rumah. Aku dan ibuku memutuskan untuk menyembunyikan fakta ini dari keluarga besarku karena keluargaku adalah keluarga yang sangat mementingkan pendidikan, terutama pendidikan di jalur pemerintah atau negeri. Mereka akan sangat tidak setuju jika tahu apabila ada anggota keluarga yang bersekolah di sekolah swasta apalagi jika mereka tahu aku bersekolah secara homeschooling. Tapi aku yakin bahwa suatu saat aku akan membuktikan kepada mereka bahwa dengan semua keadaan ini aku tetap bisa menggapai mimpi dan cita-citaku yang telah kugantung setinggi langit.
Saat di homeschool, aku menemukan teman-teman dari latar belakang yang berbeda-beda, keadaan yang berbeda satu sama lain, tetapi dengan tujuan yang sama, menggapai mimpi. Dari situ pikiranku mulai terbuka dan aku tersadar bahwa my goal matters. Dalam keadaan apapun, aku tidak boleh menghapus mimpiku.
Entah sudah berapa kali aku tidak menghiraukan tulisan di papan cita-citaku yang selalu kugantung di dinding kamar, sudah berapa kali kututup papan tersebut seiring dengan pupusnya harapanku untuk meraihnya. Tapi sekarang, kutulis kembali papan tersebut dengan mimpi-mimpiku dan kupasang kembali dengan semangat di dinding kamarku.
Kulihat tulisan terbesar yang berada di tengah papan mimpiku, “RESOLUSI TERPENTING 2019: SEHAT”. Ya, sehat adalah resolusi terpentingku, karena untuk menggapai mimpiku yang lain, aku harus sehat terlebih dahulu. Aku akan berusaha lebih giat untuk menjaga kesehatanku, dan selalu ikhlas dan bersyukur atas segala sesuatu yang diberi Allah untukku, dan jangan lupa yakinlah bahwa Allah tahu apa yang terbaik untuk kita dan apapun itu, selalu ada hikmah di balik rencana-Nya karena Ia adalah Sang Perencana Terhebat.