Banyak Orang Berkeinginan Mengubah Dunia tapi Lupa Mengubah Dirinya

Endah Wijayanti diperbarui 10 Jan 2019, 13:50 WIB

Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.

***

Oleh: Sri Patmi - Tangerang

Dalam rangka menyambut tahun baru, media sosial mulai diramaikan dengan kicauan resolusi warganet. Mulai dari urusan finansial, pasangan hidup, karier, dan curhatan tentang kekecewaan pada tahun sebelumnya. Alih-alih bicara my goal matters, pada tahun baru 2019 ini tentunya ada beberapa target yang butuh effort tinggi untuk mewujudkannya. Sesuai dengan hukum alam, bahwa hasil selalu mengikuti usaha yang dilakukan seseorang. Sama halnya dengan hukum fisika F1 = F2 yang berarti gaya gerak = gaya dorong.

Dalam menentukan sebuah tujuan, jangan pernah bersikap skeptis terhadap diri sendiri maupun orang lain. Meski ada ujaran yang bersifat untuk menjatuhkan mental, ada baiknya mulailah untuk yakin pada kekuatan diri sendiri tanpa mengurangi sikap menghargai pendapat orang lain. Karena mereka berbicara sesuai dengan pengalaman, sedangkan kita berbicara berdasarkan perencanaan. Banyak orang memiliki keinginan untuk mengubah dunia, sedangkan ia lupa untuk mengubah dirinya. Nah, goal yang paling utama adalah mengembangkan diri menjadi lebih baik.

Beberapa tujuan hidup yang bersifat untuk pengembangan diri ialah sebagai berikut:

1. Menambah Khazanah Keilmuan dan Memperluas Wawasan

Belajar bukan hanya dilakukan dalam ruang pendidikan formal. Kita bekerja, bersosialisasi dan bergaul adalah belajar memahami untaian kata yang disebut “manusia”. Jika dunia ini adalah buku, setiap halaman adalah manusia, maka sudah berapa banyak halaman yang telah kita baca? Manusia adalah untaian kata yang penuh makna dibentuk dari berbagai frasa sederhana. Mulailah untuk belajar dari pengalaman diri sendiri dan orang lain.

Lebih banyak mendengar, dibanding bicara dapat menambah keilmuan secara aposteriori. Filsuf Yunani, Socrates, mengungkap bahwa Tuhan telah menciptakan dua telinga dan satu mulut untukku agar aku banyak mendengar daripada berbicara. Sebagai referensi, tambahlah wawasan dengan cara membaca buku-buku pengetahuan dan inspiratif untuk menumbuhkan sikap leadership.

2. Kestabilan Finansial

Dalam prinsip akuntansi kita mengenal istilah aktiva = pasiva atau setara dengan Harta = Utang + Modal. Jika sebagian dari kita masih memiliki utang piutang, belajar tertib dengan pencatatan antara pemasukan dan pengeluaran berdasarkan prinsip keseimbangan. Jangan sampai, peribahasa besar pasak daripada tiang terjadi dalam kehidupan kita. Sesuaikan pengeluaran dengan sumber dana yang dimiliki. Saatnya yang muda yang berinvestasi! Lihatlah peluang dalam ruang lingkup pasar modal. Jika kemampuan finansial belum mencukupi untuk berinvestasi di pasar saham, tumbuhkan kebiasaan diri untuk menabung dan tidak konsumtif dalam segala hal.

What's On Fimela
Ilustrasi./Copyright unsplash.com

3. Memanfaatkan Waktu Sebaik Mungkin

Jika pada tahun sebelumnya masih menunda pekerjaan, maka tahun ini tentukan tujuan hidup dan buatlah perencanaan waktu terbaik dalam segala hal. Jika dapat diselesaikan lebih awal, maka lakukanlah. Jadi, Anda dapat melakukan hal bermanfaat di waktu Anda yang sangat penting. Atur waktu sebaik mungkin sebelum waktu yang mengatur Anda.

4. Menjalin Relasi dan Silaturahmi

Secara harfiah, manusia memiliki kecenderungan untuk terus berkomunikasi. Menurut Rudolph F. Verdeber, fungsi dari komunikasi itu adalah fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan. Dalam hal fungsi sosial, komunikasi yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Hubungan ini menghindarkan kita terhindar dari anonimitas dan isolasi lingkungan. Selain itu, luangkanlah waktu untuk mengunjungi kerabat dan keluarga agar jalinan hubungan semakin erat. Karena keberhasilan yang kita peroleh bukan hanya dari usaha kita, melainkan dari doa dan dukungan keluarga.

5. Menjadi Narasumber atau Spoke Person dalam Suatu Lembaga

Dalam sekali waktu, cobalah untuk menjadi narasumber dalam suatu kegiatan. Bagikan kisah inspiratif dalam hidup Anda dan sebar luaskan pengaruh positif kepada orang lain. Jadikan hidup Anda lebih bermanfaat dibandingkan orang lain. Seperti filosofi cogito ergo sum yang berarti aku berpikir maka aku ada. Maka setelah Anda berpikir, wujudkan pemikiran Anda dalam bentuk manifestasi nyata untuk menunjukkan eksistensi diri. Keluarlah dari balik layar dan tunjukkan dalam panggung pentas yang baru.

6. Mencoba Hal Baru

Kita tidak akan pernah tahu jalan di depan seperti apa sebelum melewatinya. Tantang adrenalin untuk melakukan eksperimen atau percobaan yang bersifat membangun dan memperkuat mental diri. Jadikanlah kegagalan sebagai cara untuk mengembangkan potensi diri agar lebih baik lagi. Ingatlah bahwa pengalaman adalah guru terbaik dalam kehidupan.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com

7. Muhasabah atau Introspeksi Diri

Setiap individu tidak akan pernah lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, komunikasi intrapribadi atau intrapersonal relationship adalah cara untuk meningkatkan kesadaran dan evaluasi diri. Biasakan untuk melihat kesalahan diri sendiri dibanding mencari–cari alasan untuk pembenaran diri. Jujurlah pada diri Anda dan lakukan langkah perbaikan diri dimasa mendatang.

8. Meniatkan Segala Aktivitas untuk Beribadah

Yuk mulai dari sekarang! Update niat dalam hati kita untuk melakukan segala kegiatan untuk ibadah. Bukankah banyak orang berkeluh kesah karena dalam hatinya kurang maksimal dalam menumbuhkan ketulusan serta keikhlasan. Sehingga segala bentuk upaya yang dilakukan akan terlihat sia-sia tanpa hasil. Tanamkan keyakinan bahwa setiap kebaikan dan keburukan akan kembali pada diri kita masing–masing.

Tujuan hidup ini berkaitan erat dengan teori Charles H. Cooley yang menyatakan bahwa konsep diri itu The Theory Looking Glass-self yang secara signifikan ditentukan oleh apa yang seseorang pikirkan mengenai pikiran orang lain terhadapnya. Jadi, menekankan pentingnya respons orang lain yang diinterpretasikan secara subjektif sebagai sumber primer data mengenai diri. Konsep diri tidak pernah terisolasi, melainkan bergantung pada reaksi dan respons orang lain.

Apabila Anda telah menumbuhkan konsep diri yang baik kepada orang lain, maka respons yang diterima adalah tujuan hidup Anda penting dan menjadi panutan. My goal matters!

Jangan menganggap diri Anda penting, sebelum Anda menjadikannya penting, orang penting tidak perlu akting agar dianggap penting.