Fimela.com, Jakarta Jika belanja ke pasar atau beli makanan, sahabat Fimela pasti sudah sering melihat makanan yang dibungkus dengan daun pisang. Nasi bungkus, pepes hingga tempe, seringkali menggunakan daun pisang sebagai pembungkus.
Namun pernahkah bertanya-tanya mengapa duan pisang dijadikan pembungkus makanan? Sejak kapan dan bagiamana asal mulanya? Karena ternyata hal ini ada sejarahnya.
Pembungkus makanan, menurut Blog Rista Agustina adalah sebagai pelindung makanan yang menjaga dari kemungkinan kerusakan fisik, kimia, biologis maupun mekanis. Daun pisang dinilai memiliki faktor-faktor pendukung sebagai pembungkus makanan yang bisa melindungi makanan dari kerusakan makanan.
Umumnya, daun pisang menjadi pembungkus makanan dalam berbagai kuliner Jawa. Dilansir dari Wikipedia, bahkan orang Jawa punya banyak sebutan untuk berbagai teknik melipat daun pisang untuk membungkus makanan, seperti misalnya pincuk, pinjung, takir dan lain sebagainya.
Orang zaman dulu, memanfaatkan daun pisang sebagai pembungkus makanan karena belum ada kemajuan produksi yang dinamakan plastik, sehingga cara satu-satunya membungkus makanan adalah dengan bahan-bahan alami dari alam, salah satunya daun pisang.
Daun pisang memiliki penampang yang lebar dan panjang serta tidak memiliki getah yang membahayakan sehingga cocok untuk meletakkan atau membungkus makanan. Daun pisang tidak berpori sehingga tidak membuat makanan basah merembes dan tidak mudah sobek ketika sudah dipanaskan.
Uniknya, daun pisang juga mengandung polifenol dalam jumlah besar, hampir sama dengan kandungan daun teh. Polifenol berbentuk EGCG ini menghasilkan aroma khas yang menambah rasa sedap makanan selain menjadi pembungkus makanan.
Jadi, seperti itu alasan mengapa daun pisang bisa jadi pembungkus makanan.