Fimela.com, Jakarta Ketika hendak melamar pekerjaan, hal paling penting yang perlu disiapkan adalah resume. Kebanyakan orang akan menuliskan semua hal tentang dirinya dalam hal positif dalam resume. Mulai dari prestasi, pengalaman kerja, hingga kelebihan dalam diri sendiri.
Namun apakah perlu untuk mencantumkan kelemahan diri dan kegagalan yang pernah dialami dalam resume? Kebanyakan orang akan cenderung enggan mencantumkan hal tersebut karena takut merusak kesempatan kerja yang akan didapatkan.
Dikutip dari Purewow.com pada Kamis (10/1/2019) seorang dosen di School of Biomedical Sciences di University of Edinburgh menuliskan pada yang disebut sebagai resume kegagalan. Resume ini berisi kumpulan pekerjaaan yang dilamar namun tidak didapatkan
Resume kegagalan dan kelemahan ini bisa juga mencakup program gelar yang tidak diikuti, program beasiswa yang tidak didapatkan, dan masih banyak lagi. Bahkan sebuah resume yang ditulis oleh seorang profesor justru menerima perhatian lebih banyak pada aspek kelemahan dan kegagalan.
What's On Fimela
powered by
Memberikan perspektif yang berbeda
Menurut Profesor Haushofer, ketika kita melihat orang lain seringkali dilihat bahwa orang tersebut berhasil menghindar dari kesalahan. Namun ketika kita gagal, kita lebih sering mengaitkannya dengan kekurangan kita sendiri. Tanpa mengingat bahwa kegagalan yang kita alami juga dipengaruhi oleh faktor di luar kendali kita.
Menuliskan kegagalan dan kelemahan dalam resume juga menjadi upaya untuk menyeimbangkan catatan dan memberikan catatan perspektif yang berbeda bagi perusahaan yang membacanya. Dari daftar kelemahan dan kegagalan kita, perusahaan jadi bisa melihat seberapa banyak percobaan dan proses yang kita alami.