Target Fisik Memang Penting, tapi Yakin Bisa Bikin Bahagia?

Endah Wijayanti diperbarui 08 Jan 2019, 14:49 WIB

Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.

***

Oleh: Adismara Putri Pradiri - Surabaya

Dapat pekerjaan bergaji 2 digit, sudah. Make up kelas artis, juga sudah terbeli. Travelling ke luar negeri juga sudah dijalankan. Resolusi tahun 2018 sudah terpenuhi semua, tapi kok rasanya masih belum puas ya? Jangan-jangan, kamu terlalu fokus dengan resolusi fisik dan melupakan kesehatan mentalmu. Eh, emang sepenting itu ya?

Target fisik memang penting, tapi yakin bisa bikin bahagia?

Masih banyak dari kita yang mencantumkan berbagai target kasat mata sebagai resolusi tahun barunya. Coba refleksi, siapa yang masih berencana untuk travelling, mendapat berbagai followers Instagram, nominal gaji, atau sesederhana bisa membeli barang yang diimpikan dari lama? Bukannya salah, tapi kalau proses mendapatkannya ternyata mengeluarkan biaya atau usaha yang justru melelahkan, apakah tercapainya tujuan itu membuatmu bahagia?

Kesehatan mental memang sering terlupakan, apalagi di tengah banyaknya tuntutan era modern seperti ini. Rela mengambil lembur, bekerja jauh dari keluarga demi bisa membiayai Europe Trip, atau sekadar mengeluarkan uang berlebih untuk nongki cantik di café berbintang. Semua itu tanpa disadari justru meningkatkan level stres dan menghilangkan esensi dari kebahagiaan resolusi itu sendiri. Betul, nggak?

Kenyataannya, meningkatkan kesehatan mental di 2019 bisa dimulai dari langkah sederhana, lho! Buang jauh-jauh persepsi bahwa sehat mental harus jadi anak psikologi karena siapapun berhak bahagia. Berikut ini daftar resolusi yang kubuat untuk menyambut 2019 Anti Gila:

What's On Fimela
Ilustrasi./Copyright unsplash.com/@aiony

Bangun lebih pagi, nikmati waktu sebelum bekerja

“Aduh, bukan aku banget nih!”

Hal itu juga yang kurasakan saat pertama mencoba bangun lebih awal. Sempat ragu bila nanti mengantuk saat bekerja, ternyata justru kebalikannya! Bangun lebih pagi memberikan kesempatan untuk berpikir jernih, menikmati waktu yang kamu miliki, dan bisa kamu gunakan untuk berbagai hal seperti meditasi, memasak, atau sekedar berjalan pagi.

Untuk pertama kali, aku mencoba bangun 30 menit lebih awal. Hari ketiga aku bangun 1 jam lebih awal. Dan di akhir minggu aku sudah bisa bangun 2 jam lebih awal. Perubahan yang kurasakan adalah aku menjadi lebih semangat karena tak perlu terburu ke kantor serta dapat memasak untuk bekal makan siangku. Bonus buat dompet, nih!

Kurangi waktu di handphone, perbanyak interaksi dengan keluarga

Sebagai Millennial, resolusi ini terbilang menantang. Tidak hanya untuk hiburan, handphone telah menjadi kebutuhan primer seperti komunikasi pekerjaan atau sekedar mencari rumah keluarga yang sudah lama tidak ditemukan. Tapi tanpa sadar seringkali kita “sekaligus” membuka media sosial sampai lupa tujuan awalnya. Ada yang setuju?

Di tahun 2019 ini aku berniat untuk mengurangi penggunaan handphone dan berusaha menggalakkan interaksi verbal langsung khususnya dengan keluarga. Anggota keluarga yang lebih senior mungkin tidak dapat memahami mengapa Millennial membuka kamera handphone saat makan malam keluarga, dan ini adalah saat yang tepat menyingkirkan gawai untuk memulai sapaan, “Bagaimana kabarmu?”

Ilustrasii./Copyright shutterstock.com

Resolusi 2019 selanjutnya adalah less talk, more listening

Siapa yang masih terbiasa “mendengarkan untuk membalas”, bukan “mendengarkan untuk memahami”? Sebagai penggiat kesehatan mental, 2019 menjadi batu pijakan untuk berlatih lebih sering mendengarkan dan mengurangi respon khususnya yang bersifat judgemental. Dengan lebih banyak mendengarkan, aku bisa memahami lawan bicaraku serta mencari tahu kebutuhan interaksi yang dia cari. Tidak semua orang membutuhkan respon, terkadang mereka hanya ingin didengarkan saja, lho. Kalau aku bisa, kamu juga pasti bisa!

No more akun “Lambe-lambe”, kembali ke buku atau membaca surat kabar

Fear of Missing Out alias ketakutan nggak update memang menjadi momok bagi generasi yang nggak bisa lepas dari media sosial. Tapi coba ditinjau lagi, manfaat membaca akun gossip itu apa sih? Selain menjadi ketagihan, terkadang bahkan terbawa ke dunia nyata, lho. Menjadi pribadi yang suka kepo dengan privasi orang lain tentu membuatmu menjadi pribadi yang tidak menyenangkan. Yuk kita coba stop membicarakan orang lain dan follow akun gossip. Mari perbanyak membaca buku dan surat kabar yang membantu menambah wawasan!

Ilustrasi./Copyright Pixabay.com

Daripada menulis status galau, mari sebarkan pemikiranmu lewat thread dan blogpost!

Tanpa disadari, ketika kita sedih kita cenderung menuliskannya di status dan menyebarkannya dengan tujuan “Semua orang harus tahu” atau sekadar meluapkannya. Bukannya dapat dukungan, terkadang malah mendapat cemoohan yang berpengaruh terhadap kesehatan mental, bukan? Untuk tahun ini, aku berniat untuk mengungkapkan perasaanku lebih terstruktur beserta motivasi kepada pembaca blog maupun thread Twitter. Harapannya, aku menjadi lebih memahami perasaan yang kuhadapi serta mengelolanya menjadi karya yang berguna untuk masyarakat yang lebih luas.

Contoh 5 resolusi 2019 milikku di atas diharapkan bisa membuatmu termotivasi untuk menjadi lebih sehat mental tanpa perlu mengeluarkan biaya. Dengan sedikit kemauan serta konsistensi, menjadi bahagia bisa dimulai dari sendiri, lho. Yuk ucapkan selamat tinggal pada stress di tahun 2018, dan sambutlah kebahagiaan untuk dirimu yang baru!