Mengeluh Hanya Akan Mengurangi Energi Positif untuk Berkarya

Endah Wijayanti diperbarui 07 Jan 2019, 18:43 WIB

Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.

***

Oleh: Yesaftania - Jakarta Timur

Menulis adalah nadiku. Tiada hari kulalui tanpa menulis, entah sekadar sharing tulisan singkat di media sosial, maupun merangkai kata-kata dalam sebuah novel. Aku pernah bercita-cita untuk fokus di dunia menulis setelah menyelesaikan bangku kuliah. Sayangnya, mimpi tersebut berseberangan dengan keinganan orangtuaku. Mereka menganggap bahwa penulis merupakan profesi yang tidak punya masa depan.

“Kamu mama kuliahkan agar punya masa depan yang cerah. Kerja yang benar, di kantoran.” Itu yang selalu mama ucapkan.

Bagi mereka, lulusan sarjana harus bekerja di kantor. Pola pikir demikian masih melekat di tengah-tengah keluargaku. Padahal, semua pekerjaan itu sama baiknya, tergantung pada niat dan usaha masing-masing dalam menekuninya. Terlebih lagi di era digital ini cukup banyak pekerjaan yangdapat diperhitungkan tanpa harus berada 8-5 di kantor.

Beberapa kali sudah kuberikan penjelasan kepada mama tentang cita citaku ini, lalu memberi contoh penulis yang sukses berkarya. Namun, mama tetap kekeuh menyuruhku bekerja di sebuah instansi atau perusahaan. Aku pun menuruti permintaan mama dengan berat hati. Tak lama setelah wisuda, aku diterima di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Sebulan, dua bulan telah kulalui, aku mulai merasa jenuh, dan waktu untuk menulis pun perlahan hilang.

Biasanya seminggu sekali aku dapat menulis di blog. Namun, sekali sebulan pun tidak sempat. Novel yang sempat kutulis sebelum bekerja pun masih menggantung, terhenti di tengah jalan. Aku sempat mengalami down oleh tuntutan pekerjaan yang kurang kusukai ditambah mimpi-mimpiku dalam menulis berhenti di tengah jalan. Aku pikir, di tahun 2018, novel ini dapat terealisasikan. Namun, hingga mendekati akhir tahun, masih diam di tempat.

What's On Fimela
Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Menjelang penghujung tahun, kucoba untuk refleksi diri lalu mengoreksi kesalahanku. Seharian penuh kuhabiskan merenungi diri di kamar sambil menangis. Aku bertanya pada Tuhan apa yang salah denganku, mengapa tahun ini begitu berat, dan aku masih stagnan. Aku menyekaair mataku, lalu mengambil buku dan bolpen. Satu per satu kupetakan permasalahan ini dan kutuliskan kembali mimpi-mimpiku.

Aku pun menemukan letak kesalahan yang membuatku stagnan merasa berat menjalani 2018. Ya, aku kurang bersyukur dan memberontak pada diri sendiri karena keinginanku tidak terpenuhi. Alhasil, 2018 kulalui dengan bersungut-sungut. Batinku sudah terlebih dulu kelelahan sehingga tak ada lagi ruang untukku berkarya. Willpower yang kumiliki pun meredup.

Mulai saat itu juga aku bertekad untuk mengubah pola pikirku. Aku tidak akan mengeluh lagi, melainkan menyukuri apa yang kumiliki saat ini. Bersyukur aku masih diberi pekerjaan sekalipun tidak berkaitan dengan menulis. Aku belajar mengambil hal positif dari pekerjaan yang saat ini aku lakoni: mendapatkan teman baru, ilmu baru, pengalaman, dan banyak hal positif lainnya yang selama ini tertutup oleh rasa ketidaksukaanku.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com

Aku juga mulai mengatur ulang jadwal menulis baik itu blog maupun menyelesaikan novelku. Sabtu dan Minggu adalah waktu yang kudedikasikan sepenuhnya untuk menulis. Aku juga memberi target di tiap minggunya, minimal 10 halaman per minggu. Kini, kurang lebih sudahsebulan kujalani dan ternyata membuahkan hasil. Kemajuaanya memang tidak terjadi instan, tetapi setidaknya sedikit demi sedikit ada progress, tidak stagnan seperti sebelumnya.

Saat ini, novelku masih dalam tahap penyelesaian. Aku targetkan, 2019 novel ini selesai dan harapannya semoga, dapat diterbitkan di tahun ini juga. Mungkin saat ini aku akan tetap menjalankan pekerjaanku, tetapi aku juga tetap komitmen dengan menulis. Aku juga berencana akan menulis beberapa novel lainnya setelah ini selesai dan lebih aktif lagi menulis di blog.

Aku termotivasi dengan cerita kak Astri, salah seorang member di grup penulis yang kuikuti, bagaimana ia sukses di dunia menulis sambil menjalankan profesi sebagai karyawan swasta. Sekarang aku sadar dua hal: pertama, jangan mengeluh! Itu hanya mengurangi energi positif dalam diri untuk berkarya; kedua, lakukan pengaturan jadwal dan beri target. Selanjutnya, komitmen untuk melakukan keduanya secara terus-menerus. Semoga di tahun 2019 karyaku segera terbit dan aku juga dapat bekerja lebih baik di tempatku bekerja.