Pencinta Harmonika, dari Forum ke Tempat Umum

Febriyani Frisca diperbarui 07 Jan 2019, 19:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Terdapat banyak alat musik di dunia ini. Pun cara memainkannya, seperti dipetik, dipukul, ditekan, digesek, ditiup, dan disedot. Disedot? Ya, disedot. Apakah Sahabat Fimela pernah mengetahuinya? Selama ini mungkin kita tidak familiar dengan alat musik yang disedot. Padahal, in real life, alat musik ini eksis, lho, dan mungkin kita juga mengetahui alat musik itu.

Adalah harmonika, alat musik tiup yang ternyata cara memainkannya juga disedot. Secara kasat mata, memainkan harmonika mungkin terlihat mudah. Namun, pada kenyataannya, memainkan harmonika tidak semudah itu, bahkan terbilang rumit. Tak heran jika banyak orang berkumpul dan belajar bersama.

Seperti yang dilakukan oleh orang-orang dari Komunitas Pencinta Harmonika, misalnya. Pencinta Harmonika sendiri dibentuk oleh Imam Budi Santoso, salah satu pemain harmonika profesional di Indonesia, yang memiliki kerinduan untuk bisa berbagi dengan orang lain yang ingin belajar cara bermain harmonika.

Oki Adhi Pradono. (Sumber foto: dokumen pribadi)

Mulanya, Pencinta Harmonika mulanya eksis dari forum dunia maya hingga perlahan merambah ke dunia nyata. Oki Adhi Pradono, salah satu pengurus senior di Pencinta Harmonika, berkesempatan untuk membagikan cerita tentang Komunitas Pencinta Harmonika kepada Fimela.com yang telah 8 tahun ia ikuti.

Kendati bukan orang yang terlibat langsung dalam pembentukan Pencinta Harmonika, tetapi Oki, begitu ia akrab disapa, menjadi salah satu penggerak komunitas ini.

"Pada 2011, saya mencari tahu di internet tentang cara belajar memainkan harmonika, ketika saya mampir ke salah satu portal diskusi di KASKUS, saya mendapat informasi kalau ada grup Pencinta Harmonika di Facebook, lalu saya bergabung di dalam grup yang dibentuk oleh Iman Budi Santoso. Grup ini dibentuk untuk mewadahi minat masyarakat Indonesia yang tertarik dengan harmonika, dan pada tahun itu, saya ingat jumlah anggotanya seluruh Indonesia baru sekitar 700 orang," kenang Oki.

Dirinya memaklumi jika jumlah anggota Pencinta Harmonika terbilang sedikit. Menurutnya, harmonika sendiri belum dikenal luas dan ketiadaan sekolah musik khusus harmonika. "Belum terlalu banyak karena harmonika belum dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Bahkan tidak ada sekolah atau kursus musik yang mengajarkan cara bermain hamonika," kata pria kelahiran Semarang ini.

2 dari 2 halaman

Pencinta Harmonika Buka Peluang Bermusik Lebih Lebar

Pencinta Harmonika. (Sumber foto: dokumen pribadi)

Kecintaannya pada harmonika dan komunitas ini tak hanya sekadar bergabung. Di 2013, Oki berkesempatan untuk bekerja keliling kota di Nusantara. Hal itu ia manfaatkan untuk mengajak para anggota di kota yang ia kunjungi untuk kopi darat atau bertemu.

"Pada tahun 2013, kebetulan saya memutuskan untuk bekerja freelance, dan harus keliling ke beberapa kota di Nusantara. Kesempatan ini saya gunakan untuk berusaha mengajak bertemu dengan teman-teman grup yang ada di kota yang saya kunjungi, antara lain di Semarang, Purwokerto, Jogja, Solo, Salatiga dan Palembang. Di kota-kota itu saya berusaha mendorong teman-teman untuk boleh membuat agenda rutin kopdar per kota," jelas pria yang kini bekerja di bidang asuransi ini.

Dari pergerakannya itu, terciptalah chapter dari grup Pencinta Harmonika di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Melalui media sosial pula, Oki sebagai pengurus mempublikasikannya lewat Facebook dan juga Twitter.

Dari pertemuan tersebut, para anggota saling bertukar ilmu dan pengalaman. "Kegiatan yang mendasar dari komunitas ini tentunya bertukar ilmu dan pengalaman tentang cara bermain harmonika, aktivitas ini bisa dilakukan secara langsung saat kopi darat maupun secara online, baik melalu grup Facebook maupun grup Whatsapp," ujar Oki.

Oki juga menjelaskan titik kopi darat untuk setiap wilayah. "Untuk wilayah Bandung, mereka biasanya markas besar Bandung Harp Project atau di kafe Ruang Putih, di Jakarta, kopdar rutin biasanya diadakan setiap minggu pertama atau kedua, di Taman Menteng, di Semarang lokasinya masih berpindah-pindah karena pesertanya juga belum terlalu banyak, dan di Jogja biasanya di seputaran Titik Nol, di dekat Malioboro," imbuhnya. 

Pencinta Harmonika. (Sumber foto: dokumen pribadi)

Menurut Oki, belakangan ini Pencinta Harmonika sedang jarang melakukan pertemuan dan lebih banyak berdiskusi dan berbagi di grup WhatsApp. "Belakangan, diskusi melalui grup Whatsapp menjadi  semacam pengganti aktivitas kopi darat yang memang sedang jarang diadakan. Melalui grup WhatsApp, kami bisa bertukar rekaman audio maupun video, untuk diulas atau dikoreksi bersama-sama. Ini jauh lebih praktis karena bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja," ungkap Oki.

Terlebih, di Pencinta Harmonika juga ada musisi yang bergabung sehingga membuka peluang bermusik lebih luas lagi. "Lumayan banyak juga musisi yang bergabung di grup ini. Di Jakarta sendiri ada beberapa rekan yang pernah mengisi suara harmonika di beberapa jingle produk kopi dan rokok. Kalau di Jakarta misalnya, ada Almarhum Krisna Waluyo, Rega Dauna, Oyo, di Bandung ada Kang Hari Pochang dan Sarah Saputri, di Surabaya ada Dita Saferina. Bahkan belakangan I Wayan Balawan sang gitaris terkenal itu pun sudah mulai keracunan harmonika," jelas Oki.

Bersama para musisi yang tergabung dalam grup, para anggota lain juga kerap berkolaborasi atau jamming. "Satu grup dengan para musisi juga memberikan banyak keuntungan bagi teman-teman lain yang non-profesional. Mengapa? Karena banyak peluang untuk bisa manggung bareng dengan para musisi itu. Dan disitulah ajang untuk boleh semakin mengasah keterampilan bermain harmonika," kata Oki.

"Selain itu, sebenarnya main harmonika itu butuh diiringi oleh band atau paling tidak alat musik lain. Nah, dengan adanya teman-teman musisi, tentu saja hal ini bisa diakomodir. Misalnya nebeng jamming session dari teman-teman musisi, atau bahkan pernah ikutan jadi band pembuka saat ada rekan musisi yang sedang launching album baru mereka. Banyak sih sebenarnya," tambahnya.

Pencinta Harmonika. (Sumber foto: dokumen pribadi)

Oki berharap jika ke depannya harmonika semakin mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia dan ia bisa berbagi ilmu untuk orang banyak. "Semoga harmonika semakin mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia. Saya berharap, anak-anak muda bangsa kita makin banyak yang menggandrungi alat musik ini. Daripada melakukan hal-hal negatif yang tak bermanfaat, lebih baik main harmonika, saya juga punya kerinduan bahwa para pemain harmonika di Indonesia memiliki rasa berbagi ilmu yang besar buat rekan-rekan lainnya," kata Oki. 

Ia juga berharap suatu hari nanti Pencinta Harmonika bisa mengadakan jambore nasional, lebih banyak workshop, dan lebih banyak video project. "Jambore Nasional Pencinta Harmonika sebetulnya juga sudah lama menjadi cita-cita bersama, namun pada kenyataanya, tidak semudah itu untuk membuat  acara tersebut. Semoga bisa segera terwujud,"

Tertarik untuk belajar bareng dengan Pencinta Harmonika? Eits, harus punya alat musiknya dulu, ya. Sebab, harmonika bukan salah satu alat musik yang disarankan untuk sharing. "Sebenarnya, untuk bisa belajar harmonika, disarankan harus punya dulu alatnya. Kenapa? Karena harmonika adalah alat musik yang TIDAK disarankan dipinjamkan ke orang lain. Iya betul, karena ini adalah alat musik yang kita mainkan langsung dengan mulut. Tentu saja kita tidak ingin terjadi hal-hal buruk terjadi ketika kita meminjam atau meminjamkan harmonika kita ke orang lain bukan?," katanya.

Menurut Oki, bisa atau tidaknya urusan belakangan. Sebab, di komunitas inilah nantinya kita belajar. "Soal bisa main atau tidak itu urusan belakangan. Justru untuk itulah wadah ini dibentuk. Diharapkan, dari yang belum bisa main, akhirnya jadi bisa main. Orang yang sudah bisa, akhirnya lebih jago lagi mainnya. Selebihnya, tidak ada syarat dan ketentuan khusus, yang penting mau belajar, enjoy, rileks dan tetap semangat," tandas Oki.