Time's Up X2, Kampanye Lanjutan Anti Pelecehan Seksual di Golden Globes 2019

Vinsensia Dianawanti diperbarui 07 Jan 2019, 12:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Tahun lalu, karpet merah Golden Globes dibanjiri oleh sejumlah penampilan aktris dan aktor yang menyuarakan kampanye Time's Up. Ini menjadi gerakan untuk melawan anti kekerasan dan pelecehan seksual di industri hiburan Hollywood.

Sebagai bentuk protes, sejumlah tamu undangan Golden Globes pun seragam mengenakan pakaian serba hitam. Rupanya, kampanye ini tidak berhenti di 2018. Gelaran Golden Globes 2019 juga dibanjiri dengan aksi protes ini.

Bukan dengan mengenakan gaun berwarna seragam, melainkan sejumlah artis ini mengenakan gelang dan pita hitam putih yang bertuliskan "Time's Up X2". Tahun lalu, sebuah pin yang didesain Arianne Phillips menjadi simbol gerakan Time's Up. Sementara tahun ini, lebih memilih menggunakan pita dengan harapan memperkuat pertahanan hukum gerakan ini.

Kampanye Time's Up 2019 juga menyerukan adanya penggandaan jumlah perempuan dalam posisi kepemimpinan di berbagai industri. Sejauh ini, kampanye Time's Up mengumpulkan dana yang diperlukan untuk memerangi pelecehan di tempat kerja.

2 dari 2 halaman

Kampanye lanjutan Time's Up di Golden Globes 2019

Pita hitam putih Time's Up X2 (Foto: Instagram/ariannephillips)

Beberapa bintang seperti Andy Samberg, Julianne Moore, Amy Adams, Debra Messing, Rachel Brosnaha, Idris Elba, dan Charlize Theron mengenakan aksesori ini sebagai tanda dukungan terhadap gerakan Time's Up.

Tidak hanya di karpet merah, seruan Time's Up X2 juga terjadi di media sosial. Sejumlah aktor mengunggah foto di media sosial untuk merenungkan kampanye Time's Up ini.

"Saya akan selamanya ingat #GoldenGlobes tahun lalu, ketika kamu berdiri bersama dalam solidaritas untuk memperjuangkan kesetaraan, keamanan, dan inklusi. Semoga kita terus merayakan ini di industri kita dan di luar, yang menantang status quo dan berjuang untuk perubahan," tulis Reese Witherspoon di Instagram pribadinya.

Time's Up X2 menjadi kelanjutan cerita dari komitmen pada aktivis untuk memerangi kasus kekerasan dan pelecehan seksual di tempat kerja. Kekerasan seksual ini memang umumnya terjadi pada perempuan. Namun tidak menutup kemungkinan hal serupa juga terjadi pada laki-laki.