Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Defoe - Medan
Biasanya kehadiran tahun baru akan mendorong banyak orang buat resolusi baru, tidak terkecuali denganku. Tahun baru ini aku menulis di secarik kertas daftar mimpi yang harus ku raih dalam satu tahun. Aku tempel kertas itu di dinding kamar dekat tempat tidurku. Salah satu poin dalam mimpi itu adalah menikah.
Mama masuk kamar dan membaca tulisanku tapi wajahnya tidak terlihat bahagia. Menikah ada pada poin terakhir. Padahal Mama berharap aku segera menikah di tahun ini sebelum usia menginjak kepala tiga. “Kau kapan menikah? Teman–teman seusiamu sudah menikah dan punya anak. Kalau kau tidak menikah orangtua akan malu punya anak perawan tua,” tutur mama sembari keluar dari kamarku. “Bagaimana aku akan menikah, punya kekasih pun tidak,” pernyataan pembelaan diriku. Hening. Mama berlalu dari pandangan mataku.
Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur. Tiba–tiba aku ingin menikah. Mungkin karena suasana tahun baru. Pikirku kalau jodoh juga nggak ke mana. Jodoh itu kan kehendak Sang Khalik dan selera manusia. Kalau sudah dikasih Sang Khalik aku nggak selera atau aku sudah selera doi kagak, yah gimana dong?
What's On Fimela
powered by
Aku harus sering latihan banyak jurus biar punya tenaga dalam dan menguasai jurus mengelak dari setiap hantaman perkataan orang–orang. Aku mulai pejamkan mataku tapi tak juga terlelap, karena tidak bisa tidur aku bercengkerama dengan teman yang selalu ada di dekatku, yakni bukuku. Kantuk mulai mendekatiku. Kututup bukuku dan bergegas tidur. Sebelum tidur aku berdoa kepada Sang Khalik supaya aku diberi kekuatan dan dapat senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan. Termasuk keadaan yang sering membuat orang–orang di sekelilingku geleng–geleng kepala.
Hari berikutnya, masih suasana tahun baru. Aku berkomunikasi dengan keluarga, saudara dan teman secara langsung maupun online. Lagi–lagi yang jadi pembahasan adalah kapan menikah. Seperti biasanya aku tidak terlalu menanggapi mereka dengan serius. Supaya aku tidak merasa jadi orang yang terintimidasi maupun korban yang perlu dikasihani maka aku menjawab mereka dengan guyonan supaya suasana tidak tegang yang bisa menjurus mengasihani diri sendiri.
Ada wanita paruh baya berkata padaku, “Sudah tua, awas nanti nggak laku.” Dengan santai aku berkata, “Ya, barang bagus tidak sembarang orang bisa beli, Tante!” Dengan sedikit sinis si tante berkata, "Ah bilang aja nggak laku, itu namanya nggak laku!” Aku berjuang mengalahkan egoku yang hampir terpancing karena celoteh si tante.
Kujawab dengan santai, “Emang kalau nanti aku pesta, Tante mau kasih kado rumah, mobil atau biayai catering, supaya bulan depan aku menikah?” Dalam hati sama siapalah aku menikah, ha..ha..ha.. begini banget ya jadi jomblo. Teman–teman organisasiku di bangku kuliah dulu juga bertanya kapan menikah. "Kok jomblo terus?" kata mereka di grup WhatsApp. Jenuh juga menerima pertanyaan yang sama dari orang yang berbeda–beda. Sebagai manusia yang punya otak untuk berpikir maka kuberi jawaban yang menohok, “Gimana nggak jomblo, banyak yang ndeketin, keren–keren pula, bingung nentuin, eh jadi keterusan jomblo deh!” Dari dulu label orang yang tidak pernah serius sudah melekat pada diriku.
Label orang yang tidak pernah serius, terlalu santai dan cuek itulah yang akan aku tanggalkan dari diriku. Aku tidak mau terus menoleh ke belakang dengan mengingat cap–cap diri tidak membangun dan aku tidak mau terlalu heboh untuk masa depan. Aku menikmati hari yang sedang kujalani.
Masa lalu akan jadi pembelajaran yang dapat kukenang , masa depan yang kutargetkan, dan masa sekarang ini lah masa yang selalu kusyukuri dengan penuh harapan untuk berjalan mengarah kemasa depan. Jadi biarlah mataku memandang terus ke depan dan tatapan mataku tetap kemuka. Aku sudah meninggalkan diriku yang lama tapi tidak akan ku lupa kawan lama.
Goals-ku pada tahun 2019 ini adalah:
1. Menjadi Pribadi yang berkarakter dan berintegritas.
2. Menjadi pribadi yang dapat membawa sukacita kepada sesama.
3. Dapat membantu orang yang membutuhkan baik inpirasi, motivasi maupun materi.
4. Menjadi entrepreuner.
5. Menjadi wanita yang tangguh, pantang menyerah apalagi galau.
6. Dapat berkarya lewat tulisan.
7. Melanjutkan pendidikan.
8. Meyangkal diri misalnya malas mandi dan make-up.
9. Mengharumkan keluarga besar.
10. Menikah kalau ada yang mau.
Bukankan untuk meraih 10 goals itu butuh perjuangan? Jika hanya 5 poin yang tercapai bisa remedial tahun baru berikutnya. Yang penting optimis dan terus berjuang. Terutama berjuang melawan diri sendiri yang terkadang terlena dengan kemalasan, memanjakan diri dan membuang waktu yang tak dapat kembali.
Hidup adalah perjuangan. Berjuang melawan diri sendiri untuk pengendalian dan penguasaan diri. Tidak hanya pria yang dapat berjuang, wanita pun bisa. Perjuangkan mimpimu atau cintamu. Jangan dengarkan cerita orang yang mengerdilkan jiwamu. Selamat menjadi pejuang wahai wanita, buat cerita baru di tahun 2019. Semangat!