Fimela.com, Jakarta Sudah enak berkarier dan hidup di Amerika, duo praktisi komunikasi global Vena Annisa dan Vivit Kavi malah memutuskan kembali ke tanah air. Begitu reaksi orang-orang saat kedua alumni Voice of America (VOA) Indonesia ini balik ke kampung halaman.
Jika digabungkan,masa bekerja keduanya di VOA mencapai 20 tahun, Vena (12 tahun) dan Vivit (8 tahun). Kepulangan mereka ke Indonesia memang dengan alasan berbeda, tapi tanpa terencana keduanya kembali kerja bareng dengan misi mulia.
Partner kerja yang juga sahabat lama ini sama-sama menangkap fenomena persaingan global yang makin sengit bagi generasi muda di Indonesia. Maka dua wanita cantik ini sepakat untuk membuat perusahaan yang menyediakan jasa konsultan komunikasi dan training bernama V&V COMM.
"Actually seperti blessing in disguise, it wasn't plan at all. Awalnya punya niat sendiri-sendiri, tapi akhirnya kami mendirikan V&V COMM biar praktis dan saling mengisi," ujar COO V&V COMM Vena Annisa dan CEO V&V COMM Vivit Kavi saat ngobrol di kantor KLY belum lama ini.
Blessing in Disguise
Sebelum hijrah ke Amerika pada 2003, Vena Annisa sudah bercokol di dunia broadcasting mulai dari radio, tv, hingga membuat rumah produksi. Sementara Vivit yang mengawali karier sebagai bintang iklan, merambah penyiar, dan event organizer juga mempunyai passion yang sama di dunia presenting. Vena berkesempatan mengajar di sekolah komunikasi dan Vivit kerap diundang sebagai guest speaker untuk berbagi pengalamannya.
Begitu juga saat di Amerika, keduanya kerap menjadi coach atau mentor workshop terkait dunia komunikasi. Dalam perjalanan mereka, Vivit merasakan kegundahan untuk membuat langkah baru yang membuatnya mengambil keputusan kembali ke Indonesia.
"Saat itu anak-anakku udah pada gede, Harus let's do something explore dan give back. Alhamdulillah ketemu Vena lagi dan kami punya misi sama. Jangan biarkan pengalaman kita tak terpakai dan terbuang sia-sia. Harus jadi manfaat buat orang lain," ujar Vivit yang kini masih aktif jadi host acara kuliner Demen Makan.
Apa yang Bikin Beda?
Pengalaman 20 tahun keduanya di dunia internasional meyakini jika komunikasi mutlak diperlukan untuk bisa sukses bersaing secara global. Komunikasi tak hanya sekedar materi yang disusun dalam modul pembelajaran, namun mereka merancang bagaimana bisa dipraktikkan secara global berdasarkan dari pengalaman.
"Banyak orang Indonesia yang bagus dari CV dan skill di bidang akademis. Tapi sayangnya saat interview mereka tidak bisa menunjukannya. Padahal pekerjaan di dunia internasional adalah apa yang akan Anda komunikasikan," ujar Vena gemas.
Sebab itu, keduanya membuat sebuah tools yang bisa membuat generasi Indonesia unggul dalam persaingan global. Tak main-main, kurikulum yang dibuat V&V COMM dirancang sejak 20 tahun lalu namun tetap mengikuti perkembangan komunikasi yang dinamis.
"Kami menerapkan VIP (Valuable, Interactive, Practical). Valuable memberikan knowledge yang harus dipelajari. interactive, komunikasi disampaikan dua arah dan menarik. Serta practical, jadi bukan hanya teori tapi diaplikasikan sehari-hari," urai Vena bersemangat.
Metode Belajar Fleksibel
Karena komunikasi tak terbatas usia dan kalangan, mereka juga merancang modul pembelajaran untuk segala umur. Dari anak-anak, mahasiswa, jajaran eksekutif, sampai selebritas.
Para murid dan klien juga dapat memilih metode pembelajaran sesuai kebutuhan. Modul pembelajaran terdiri dari metode sharing (2 jam), workshop (4 jam), boot camp (intensif), atau ikutan kelas selama dua bulan dengan durasi pertemuan seminggu sekali.
"Kami punya beberapa modul, tergantung kebutuhan. Nah, di pertengahan Januari 2019, kami akan bikin kelas baru," ujar Vena memberi bocoran.
Aha! Moments
Vena dan Vivit pun siap menyambut 2019 dengan segala kejutan dan yang pasti akan membuat mereka tambah sering berpelukan. Kok?
"Sering habis selesai kelas kami berpelukan. Karena banyak kenikmatan yang kami rasakan dan share the feelings of this joy," lanjut Vena seraya tertawa.
Berbagai AHA moment! datang tak terduga dari banyak murid dan kliennya. Mereka seperti melihat ada bohlam menyala di atas kepala anak didiknya yang berarti telah membuka kesempatan dan memberi manfaat untuk orang lain.
"Mulai dari ortu yang nangis karena anaknya sukses perform di panggung padahal tadinya grogi banget, mahasiswa yang akhirnya keterima di universitas favorit padahal sebelumnya gagal saat apply, sampai manajemen yang berhasil ngomong ke bawahannya. Mereka hanya butuh little kick untuk bisa melakukannya. Itulah tugas kami," tutup mereka.