Sedih karena Kegagalan Itu Wajar, tapi Bukan Berarti Dunia Berakhir Begitu Saja

Endah Wijayanti diperbarui 03 Jan 2019, 16:19 WIB

Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.

***

Oleh: Mutiara Annisa Sinaga - Medan

Menulis adalah suatu hobi baru bagi saya yang saya gemari sampai sekarang. Saya mulai tertarik menulis sejak saya duduk di kelas satu SMA, bulan Juli tahun 2018. Pada saat itu saya tengah sibuk-sibuknya mencari jati diri dan bakat terpendam yang ada di dalam diri saya.

Awalnya, saya tidak suka sekali dengan yang namanya menulis. Saya sangat anti sekali dengan kata itu sebelumnya. Bahkan, bagi saya dulu menulis itu adalah suatu aktivitas yang sangat memberatkan dan kegiatan itu benar-benar tidak begitu menarik perhatian saya. Dan entah kenapa, seperti ada yang menyuruh saya untuk menuliskan tentang pengalaman-pengalaman saya semasa hidup di laptop. Seperti ada yang menggerakkan saya pada waktu itu untuk membuka laptop. Seperti ada yang mencoba mendorong saya untuk menulis. Secara tidak langsung, saya mendapatkan motivasi dalam bidang ini.

Kini, saya telah menulis cerita-cerita yang sangat berkesan semasa hidup saya. Pada saat itu saya juga memiliki keyakinan yang kuat untuk menjadi seorang penulis. Pada saat saya mulai suka menulis, saya segera mencari-cari tahu tentang info lomba menulis. Baik di media sosial maupun internet. Lalu saya menemukan info lomba menulis novel pada bulan Juli 2018. Wah! Saya sangat antusias sekali dalam mengikuti perlombaan menulis ini.

Baru kali ini setelah saya berhasil menemukan bakat terpendam saya yang dari dulu tidak pernah terlihat, kini saya menemukan info lomba menulis pada waktu yang tepat. Itu adalah suatu peluang bagi saya untuk menjadi seorang penulis. Tanpa berpikir panjang, saya langsung mengikuti lomba menulis ini. Apalagi lomba menulis ini GRATIS! Wah! Saya berminat sekali mengikuti kompetisi ini. Sekalian juga saya ingin mengasah kemampuan saya dalam bidang menulis dan mendalami hal kepenulisan.

 

 

What's On Fimela
Ilustrasi es markisa./Copyright unsplash.com/alex bierwagen

Saya sesegera mungkin mengerjakannya dengan sangat serius dan tekun. Saya tak mau ketinggalan salah satu kompetisi menulis ini. Dua bulan kemudian, naskah yang saya tulis akhirnya siap. Wuh! Tenaga dan pikiran saya benar-benar terkuras sekali di sini. Ternyata jadi penulis itu susah ya, harus memiliki ide atau pun imajinasi yang tinggi untuk bisa menciptakan suatu karya yang bagus. Apalagi, saya seorang penulis pemula. Benar-benar tak terbayangkan betapa lelahnya saya menulis pada waktu itu. Lalu, saya memutuskan untuk beristirahat selama satu bulan untuk tidak menulis.

Novel saya yang sudah siap saya tulis tadi langsung saya kirim ke penerbit pelaksana lomba tersebut. Saya mengirimkan naskah, sinopsis, biodata, beserta premis novel. Di situ saya benar-benar tidak menyangka pada diri saya sendiri, yang dulunya hanyalah seorang gadis yang sama sekali tidak tertarik pada hal yang berbau-bau kepenulisan. Malah saya dulu benci sekali dengan kata menulis.

Sebelum saya suka menulis, saya pernah bermimpi bahwa saya akan menjadi penulis terkenal suatu saat nanti. Ya Allah, pertanda apakah mimpi saya ini? Kalau memang benar, mudahkanlah jalan Hamba-Mu ini Ya Allah untuk mewujudkaan mimpi itu. Ini sangat mengagumkan bagi saya. Saya kagum dengan diri saya sendiri pada waktu itu. Ternyata saya bisa membuat novel dengan kedua tangan saya sendiri. Huft! Memanglah sangat melelahkan! Tetapi mudah-mudahan, novel saya ini dapat masuk di peringkat tiga besar lomba menulis novel nantinya. Kalau pun tidak masuk dalam tiga besar, masih ada harapan bagi saya untuk dua puluh naskah novel terfavorit. Semoga saja naskah saya terpilih nantinya.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/alexa mazzarello

Dua bulan lamanya setelah saya mengirimkan karya saya, akhirnya tibalah juga pengumuman pemenang hasil lomba tersebut. Alhasil, novel saya tidak terpilih. Hua! Saya sangat sedih dan ingin menangis pada waktu itu. Saya sangat terpuruk sekali. Bahkan novel saya tidak masuk di peringkat tiga besar maupun di 20 naskah terfavorit. Ya Allah, apa yang akan saya lakukan lagi setelah ini?

Saya sempat kehilangan harapan pada waktu itu. Seketika harapan-harapan yang saya buat sejak saya menyukai menulis, tiba-tiba sirna begitu saja. Saya lelah sekali pada saat itu. Dada saya terasa sesak dan saya ingin menjerit sekuat-kuatnya. Saya tak sanggup menghadapi kenyataan ini. Pada saat itu saya benar-benar tak punya harapan lagi untuk ke depannya. Saya sangat kecewa pada diri saya sendiri.

Saya sempat berpikir, dari dulu, tak pernah ada bakat yang cocok pada diri saya. Selalu ada saja kegagalan ketika saya hendak mencapai sesuatu. Tetapi saya langsung menepis pikiran saya itu jauh-jauh. Saya menjadi murung sekali pada saat itu. Bagaimana tidak? Novel yang saya tulis selama dua bulan itu tidak lolos dalam ajang kompetisi. Tetapi saya tidak boleh menyerah. Saya tak boleh putus asa. Saya harus mencoba, mencoba, dan mencoba lagi untuk mewujudkan mimpi saya.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/thought catalog

Tidak ada kata terlambat untuk mencoba lagi dan mengasah kemampuan saya dalam bidang kepenulisan. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Gagal bukan berarti saya lemah atau pun tidak bisa. Tetapi dari kegagalan inilah yang membuat saya semakin semangat untuk mencoba dan berlatih lebih rajin lagi dalam bidang yang saya minati.

Setelah sekian lama saya terpuruk, akhirnya saya kembali bangkit dari keterpurukan itu. Saya bersungguh-sungguh untuk menjadi seorang penulis terkenal. Saya terus berlatih, berlatih dan berlatih. Kini, novel saya yang ditolak itu saya perbaiki kembali. Saya akan mengirimkan novel saya itu ke penerbit lain.

Hari ini, tepat pada tanggal 29 Desember 2018, saya sudah mengirimkan novel saya tadi ke penerbit lain. Wah! Akhirnya naskah saya siap juga saya perbaiki sejak satu bulan yang lalu setelah saya tahu bahwa dulu naskah saya ditolak. Lelah juga saya memperbaikinya. Semoga naskah saya dapat diterima dengan baik. Semoga karya saya dapat membuahkan hasil yang bagus agar terbayar semua kelelahan dan kejenuhan saya dalam memerbaikinya.

Saya ingin di tahun 2019 nanti karya saya yaitu novel pertama saya dapat dirilis di bulan Maret mendatang. Semoga saya bisa mewujudkan mimpi saya menjadi seorang penulis terkenal. Usaha dan doalah yang paling penting jika kita ingin sukses. Semua tindakan itu tidak akan mengkhianati hasil.