Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Sari - Sukoharjo
Wah sudah 2019. Padahal rasanya baru beberapa hari lalu menghabisakan waktu bersama 2018. Dengan banyak kejadian sedih, senang, jatuh, bangun, dan masih banyak lagi yang mengiringi kehidupanku di tahun itu. Ini tahun politik, tahun yang panas katanya. Mulai banyak ramalan-ramalan tidak mengenakkan diungkapkan. Tapi yang pasti aku tidak mau resolusiku di tahun 2019 ini menjadikan kehidupanku memanas dan tidak mengenakkan juga. Aku harus yakin bahwa apa yang belum bisa kuraih di tahun lalu bisa terwujud di tahun ini.
Menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya adalah pencapaian paling dasar yang akan dilakukan setiap orang. Namun bagiku, di dalam kalimat “menjadi lebih baik” itu ada satu prioritas utama yang ingin aku wujudkan demi tercapainya hasil yang lebih baik dan memuaskan.
Sebagai ibu dari dua anak perempuan yang masih balita, aku mengakui selama ini quality time-ku dengan mereka sangat kurang. Aku merasa mungkin terlalu sibuk memikirkan pekerjaan dan akhirnya ketika sampai di rumah aku sudah terlalu lelah dan kurang menyempatkan waktu bermain bersama mereka. Kalaupun sempat mengobrol, hanya obrolan yang terasa sepele dan tidak mengena di hati keduanya. Seperti bagaimana sekolah kamu? Kamu tadi makan apa? Kamu tadi ngapain aja? Sudah hanya sebatas itu. Aku sadari pertanyaan-pertanyaan itu akan terasa membosankan bagi mereka. Apalagi selalu aku lontarkan setiap hari. Alhasil mereka selalu memasang muka jenuh ketika melihatku pulang kerja karena mereka sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan ibunya.
Semakin berganti hari perhatianku ke anak-anak sepertinya mulai meluntur. Buktinya aku bahkan tidak sempat mengajari mereka belajar dan aku lebih memilih memanggilkan guru les untuk mereka. Ada kalanya mereka merajuk tidak mau lagi les dan memintaku mengajarinya belajar. Tapi aku tetap saja memaksa mereka karena aku merasa tidak sanggup mendampinginya belajar. Akhirnya mereka mengikuti les dengan sedikit terpaksa dan selalu ada drama di dalamnya. Kadang aku merasa aku terlalu memaksa mereka. Seharusnya anak sekecil itu tidak diatur sedemikian rupa demi kemauan orang tua yang mengabaikan perasaannya.
Mempunyai dua balita yang sudah mulai bertambah usianya, tentunya di benak mereka ada banyak pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul dan harus kujawab dengan tepat agar dimengerti oleh anak-anak seusia mereka. Rasa ingin tahu mereka sangat tinggi. Apalagi di era milenial seperti ini, media digital lah yang menjadi alat utama kehidupan mereka. Aku berpikir apa jadinya jika tidak ada pendampingan pada mereka. Jika tanpa kita sadari mereka terjerumus pada hal-hal negatif yang mengakar di otaknya.
Berawal dari situlah kemudian aku berpikir bahwa aku harus berubah. Sebagai ibu yang seharusnya bertanggung jawab dalam kehidupan anak-anaknya harus mengerti dan memahami apa yang anak butuhkan. Tidak melewatkan sedikitpun waktu untuk melihat tumbuh kembang anaknya akan menjamin bahwa ibu adalah pahlawan utama bagi anak-anaknya.
Dan di tahun ini, aku tidak ingin apa-apa lagi. Sebagai perempuan yang sudah tidak lagi muda, pastinya sudah melewati beberapa dekade dalam hidupnya dan alhamdulillah hampir semua impian sudah bisa terwujud. Namun satu hal yang saat ini masih sangat ingin kuraih, aku ingin mengabdikan diri untuk dua anak perempuanku. Menjadi guru juga sahabat terbaiknya sampai remaja. Serta mendampingi perkembangannya sampai mereka dewasa.
Maafkan ibu yang banyak melewatkan waktu bersama kalian di tahun-tahun lalu. Dan suka mengabaikan kalian disaat kalian membutuhkan ibu. Ibu berjanji di tahun ini akan lebih menempatkan kalian dalam prioritas utama Ibu. Mengganti setiap detik waktu yang telah terbuang sia-sia untuk kalian. Sesukses apapun ibu, tak akan bisa menggantikan suksesnya suksesnya seorang ibu yang rela meluangkan waktu untuk menjadikan kalian pribadi-pribadi hebat dan berkualitas di masa yang akan datang.