Fimela.com, Jakarta Apapun mimpi dan harapanmu tidak seharusnya ada yang menghalanginya karena setiap perempuan itu istimewa. Kita pun pasti punya impian atau target-target yang ingin dicapai di tahun yang baru ini. Seperti kisah Sahabat Fimela ini yang kisahnya ditulis untuk mengikuti Lomba My Goal Matters: Ceritakan Mimpi dan Harapanmu di Tahun yang Baru.
***
Oleh: Robiatul Adawiyah Ali - Tangerang Selatan
Tanpa sadar waktu berjalan sangat cepat, hari berganti hari, begitupun dengan bulan. 12 bulan terasa amat singkat bagiku yang pengangguran, tepatnya belum kuliah karena beberapa faktor. Hari-hari yang aku jalani terasa amat sederhana, begitu saja, bahkan terkesan membosankan.
Awalnya aku berpikir begitu, mungkin karena aku tak tahu harus melakukan apa. Yang terbesit dalam pikiranku adalah berdiam diri di rumah tanpa ada kegiatan yang jelas sehingga akan sangat bosan nantinya. Belum lagi ketika harus menghadapi kenyataan keluar rumah, bertemu orang lain dan teman-teman yang sudah jelas melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Rasanya aku bukan siapa-siapa yang harus ada dalam sekumpulan orang-orang yang sudah merasakan bangku perkuliahan. Kalau ditanya bagaimana rasanya saat itu, pastinya canggung, bingung, dan ada sedikit perasaan sedih karena nasib tak sama dan takdir tak mengizinkan aku untuk menjalani kehidupan layaknya remaja normal yang sibuk dengan berbagai makalah dan paper di tahun ini.
Sekarang 2018 akan berakhir hari ini tepatnya hari senin tanggal 31 Desember 2018. Setelah aku pikir lagi menjadi pengangguran tak membosankan sama sekali tapi pengangguran yang sepenuhnya tidak menganggur. Ya, kegiatanku adalah antar jemput adik bungsuku sekolah dasar dikarenakan jaraknya yang lumayan jauh dari rumah. Ternyata ada banyak cerita dalam setiap perjalanan.
Entah di rumah atau di manapun berada aku selalu berusaha mencari cerita tentang berbagai kejadian dengan berbagai latar belakang. Hal itu terjadi padaku karena beberapa alasan, namun alasan yang paling kuat adalah karena aku suka membaca, bisa dibilang membaca adalah salah satu hobiku sejak kecil. Membaca membuatku tahu banyak hal pastinya, membaca lebih banyak cerita juga membuatku terus menerus bersyukur atas sebuah kejadian dalam setiap kehidupan yang akan aku jalani kedepannya.
Membaca adalah hobi yang aku dapat dari kedua orangtuaku, baik bapak maupun umi selalu setuju bahwa membaca adalah jendela dunia tak peduli seberapa canggihnya teknologi animasi dan video di zaman sekarang membaca akan lebih menyentuh walau hanya di lembar kertas ataupun sebuah artikel dalam media sosial di internet. Itu mengapa ada banyak buku dan juga jaringan internet (wifi) di rumah kami agar kami terus termotivasi untuk mencari informasi dari banyak sumber. Karena pada prinsipnya kami membaca semuanya, buku, cerita, pengalaman, kejadian, cuaca dan lain sebagainnya.
What's On Fimela
powered by
Beberapa buku yang sudah aku baca tuntas meninggalkan jejak dalam ingatan dan juga hatiku, terbesit dalam pikiranku, “Hebat sekali penulis buku ini mampu menulis novel yang begitu indah bahasanya, berbobot isinya namun tetap menarik, hingga pesannya sampai kepada semua pembacanya.” Hal ini membuatku tertarik untuk membaca lebih jauh tentang dunia tulis-menulis. Dari mulai mendengarkan tips untuk menulis dari beberapa penulis terkenal, mencoba menulis cerpen dan belajar untuk mencari ide yang bisa aku tulis untuk dibaca banyak orang dan bermanfaat tentunya.
Ada juga seorang penulis terkenal yang bahkan karyanya best seller di Indonesia yang juga diangkat ke layar lebar dan filmnya menjadi sangat populer di beberapa negara waktu itu. Beliau menulis cerita cinta islami yang betul-betul berbeda dari yang lain adegannya pun tanpa bersentuhan dengan lawan jenis dan alur ceritanya luar biasa, sehingga menginspirasi banyak orang dan bermanfaat karena terdapat banyak ilmu yang terkandung daalam ceritanya. Beliau memberikan kami para pembacanya untuk berlatih menulis lewat buku harian, dan itu yang aku lakukan untuk menuangkan keluh kesahku dalam berbagai situasi. Awalnya aku suka dan efek tambahannya aku berlatih menuangkan suatu peristiwa dalam bentuk tulisan dan mendeskripsikannya menjadi sebuah alur cerita.
Lalu aku mulai bemimpi untuk menulis berbagai cerita yang aku dapatkan dalam setiap perjalanan yang aku lakukan. Karena aku ingin bukan hanya sekadar menulis tapi membagikan banyak pelajaran, ilmu, dan manfaat buat banyak orang adalah yang terpenting bagiku. Aku ingin suatu hari aku tak lagi hanya menulis di buku harianku yang menjadi wadah untuk setiap perasaanku, tapi aku bisa menulis di sebuah halaman, lembar demi lembar dan akhirnya menjadi sebuah buku yang akan aku persembahkan untuk kedua orangtuaku tersayang. Harapanku hobiku ini bisa aku salurkan untuk hal yang positif dan bermanfaat buat banyak orang.
Mengungkapkan ternyata sulit daripada menuliskannya, setidaknya bagiku mungkin aku tak tahu jika orang lain tapi yang jelas itu yang aku rasakan. Menulis buatku indah untuk dibaca dan dirasakan. Perasan itu lebih dalam jika dibanding dengan bertatapan langsung dan mengungkapkannya lewat lisan. Entah kenapa alasannya, namun yang kurasakan aku selalu nyaman dengan hanya menuliskannya. Kita akan tahu perasaan orang yang membaca tanpa harus tahu siapa yang menuliskannya. Perasaan yang muncul juga akan lebih ikhlas dibandingkan dengan melihat seseorang berbicara langsung. Terlebih lagi jika hubungan antara keduanya kurang akrab atau mulai renggang, rasanya akan canggung.
Berbeda dengan menuliskannya tak peduli sedang bertengkar atau tidak. Menuliskannya jauh lebih romantis dan penuh perasaan, melalui pena lalu meresap ke hati.
Aku yakin semua itu hanya karena satu hal, cinta yang ada dalam setiap hati manusia. Seburuk apapun hubungan kita tak ada alasan untuk tak menyampaikan perasaan kita. Tak mampu berbicara sebab canggung maka sampaikanlah dengan sebuah tulisan, dengan pena dan dipenuhi perasaan yang meluap-luap dari dalam hatimu.
Terlepas dari itu semua harapanku tahun depan adalah masuk kuliah, ya... masuk ke perguruan tinggi negeri untuk melanjutkan pendidikan di jurusan yang terbaik dan Allah pilihkan buatku. Untuk resolusi di tahun 2019 aku ingin terus bercita-cita membahagiakan kedua orangtuaku, membuatnya bangga kerena telah melahirkan dan merawatku hingga sekarang.
Yang paling utama aku ingin menjadi hamba yang lebih baik di tahun-tahun yang akan datang sepanjang Allah memberikan aku hidup, memperbaiki niat dan ibadah hanya untuk sang maha pencipta. Aku juga selalu ingin menambah hafalan Al-Quranku untuk diamalkan dalam keseharianku. Intinya resolusiku untuk esok hari yang sudah berganti tahun adalah menjadi insan yang lebih baik dan bermanfaat untuk banyak orang terlepas dari berapa banyak cita-cita yang aku capai yang terpenting adalah menjadi seseorang yang mampu diandalkan orang banyak dan berkarya untuk kebaikan di jalan yang diridhoi Allah SWT juga sesuai sunnah Nabi Muhammad SAW.
Amin Ya rabbal ‘Alaminnn.
Tangerang selatan, 31 Desember 2018 - Robiatul Adawiyah Ali