Belajar Berbagi Kebaikan dari Buku Karya Nila Tanzil, The Art of Giving Back

Gadis Abdul diperbarui 20 Des 2018, 12:17 WIB

Fimela.com, Jakarta Berbagi terhadap sesama sepertinya sudah menjadi pelajaran turun temurun yang diajarkan oleh orangtua kepada anak-anaknya. Namun seiring berjalannya waktu mungkin ada beberapa orang yang lupa dan harus diingatkan kembali. Lewat buku berjudul “The Art of Giving Back” itulah Nila Tanzil ingin mencoba mengingatkan lagi arti atau makna berbagi kepada para pembaca di seluruh Indonesia.

“Setelah membaca buku ini aku berharap para pembaca dapat berbagi. Aku percaya bahwa buku bisa mengubah pandangan seseorang. Jadi usai membaca buku ini mungkin para pembaca bisa jadi memiliki keinginan untuk berbagi dan berbuat sesuatu terhadap sesama,” jelas Nila Tanzil saat peluncuran buku “The Art of Giving Back” di Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Rabu (19/12/2018).

Secara garis besar Nila menjelaskan bahwa buku “The Art of Giving Back” bercerita tentang pengalaman travelling-nya ke beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Lewat travelling tersebut Nila mengaku mendapatkan banyak pelajaran tentang “the art of giving” atau konsep atau seni untuk berbagi kebaikan.

What's On Fimela
Nila Tanzil dan Butet Manurung dalam peluncuran buku "The Art of Giving Back". (Fimela.com/Gadis Abdul)

“Saat aku berada di Myanmar. Aku pergi ke kampung-kampung dan berineraksi dengan masyarakat sekitar. Aku melihat bagaimana mereka yang tidak punya mau berbagi makanannya lalu yang lain pun akan melakukan hal yang sama,” ujar Nila bersemangat. Dari perjalanan solo travelling-nya Nila mengaku bahwa dirinya dapat belajar tentang banyak hal, termasuk bagaimana kita bisa memberi dalam berbagai kondisi.

Dalam peluncuran buku ketiganya—“Lembar-lembar Pelangi” (2016) dan “Teman Baru Epi” (30 November 2018), perempuan yang merupakan Founder Taman Bacaan Pelangi dan Founder & CEO Travel Sparks ini juga menceritakan kesulitannya saat menggarap buku “The Art of Giving Back”. Butuh waktu satu tahun untuk ia menyelesaikan bukunya.

“Yang sulit adalah membagi waktunya. Setahun sendiri menulis buku ini lantaran terhambat sama hobi travelling. Solusinya adalah meluangkan waktu,” ujar Nila. Peluncuran buku “The Art of Giving Back” disambut baik oleh Butet Manurung, co-founder Sokola Institute yang juga turut hadir dalam peluncuran buku. Menurut Butet konsep berbagi telah hadir di masyarakat adat Indonesia sejak zaman dulu. “Bagi masyarakat adat Toraja, misalnya, apa yang diterima harus dikembalikan dengan membagikannya dalam rasa syukur (pole paraya), kurresumanga’ (terima kasih), pole poraya (kembali kasih),” jelas Butet Manurung.

Nila Tanzil dan Butet Manurung dalam peluncuran buku "The Art of Giving Back". (Fimela.com/Gadis Abdul)

Buku “The Art of Giving” karya Nila Tanzil berisi 128 halaman dan dikemas sangat menarik dan berwarna. Tak hanya itu di dalam buku juga berisi quote-quote inspiratif yang dapat memberikan semangat bagi para pembacanya.