Sheema Jaya Sharma divonis menderita kanker pada tahun 2009. Waktu itu dia sedang bermain-main dengan anak perempuannya yang berusia dua tahun ketika tiba-tiba dia menemukan sebuah benjolan. Dia pun memeriksakan tubuhnya ke dokter. Sheema benar-benar tak percaya omongan dokter waktu itu? Terkena kanker? Dirinya?
Namun akhirnya Sheema pun menyerah menolak takdir dan menyadari bahwa seperti orang-orang lainnya, dia pun berpeluang dihinggapi penyakit mengerikan itu. Selama lebih dari dua tahun Sheema menjalani berbagai terapi dan perawatan mulai dari mastectomy, chemotherapy, radiotherapy hingga sederetan tes-tes lainnya. Saat diberitau bahwa akhirnya dia tiba di status pemulihan, tak terbayangkan kelegaan yang dirasakan wanita itu. Dalam hati dia bertekad untuk tak lagi-lagi mendekati dan bahkan menghadapi serentetan siksaan-siksaan medis tersebut.
Ternyata kebahagiaannya tak berlangsung lama. Di awal tahun 2014 ini kembali lagi si kanker bersarang di tubuhnya, namun bedanya kali ini si penyakit tak mau diobati. Dan dimulailah kembali rutinitas Sharma di pagi hari setelah bangun tidur. Dia akan menghentikan waktu dan menganggap semua baik-baik saja dan dia bahagia. Dia memerlukan itu, perasaan bahagia sebelum rasa sakit menghunjam-hunjamnya. Sedikit waktu tersebut ternyata telah mengubah hidupnya.
Alih-alih diliputi kesedihan, Sheema belajar satu hal tentang kanker. Dia sadar bahwa hidup itu indah dan dia sangat bersyukur tentang itu. Seberapapun orang lain berusaha mengarahkan atau menyuruh bagaimana Anda menjalani hidup Anda, pada akhirnya Anda sendirilah yang memutuskan bagaimana cara menjalaninya. Sheema memutuskan untuk terus berkarya dengan membuat proyek amal bagi sesamanya yang membutuhkan dukungannya.
Jika Sheema bisa, Anda tentunya juga bisa.
Sumber:asianwealthmag.co.uk
(vem/ver)