Cervical cap, alat kontrasepsi yang diletakkan di dalam rahim ini memang merupakan salah satu pengaman yang paling praktis. Pada dasarnya, alat ini dapat digunakan pada sebagian besar wanita, namun ada beberapa factor yang menjadi pertimbangan untuk wanita dengan kondisi tertentu yang akan menggunakan cervical cap. Wah, siapa saja ya, Ladies?
Menurut plannedparenthood.com, cervical cap tidak aman digunakan oleh wanita yang memiliki alergi pada silicon dan spermicides, tidak terlalu merasa nyaman menyentuh Miss V, wanita yang baru 10 minggu pasca-melahirkan, atau baru saja melakukan aborsi atau operasi rahim.
Selain itu, penggunaan cervical cap juga berbahaya bagi wanita dengan kelainan dengan organ intimnya, seperti ada kerusakan pada Miss V atau pada selaput rahim, menderia kanker leher rahim atau Miss V, mengalami gangguan fisik pada leher rahim atau Miss V, pernah mengalami toxic shock syndrome, memiliki otot Miss V yang lemah atau infeksi saluran reproduksi, atau wanita yang sudah atau mungkin terjangkit penyakit HIV/AIDS.
Cervical cap juga tidak disarankan digunakan oleh wanita dengan resiko kehamilan tinggi. Wanita yng memiliki resiko kehamilan tinggi ini adalah wanita yang berusia 30 tahun atau kurang dari 30 tahun yang memiliki frekuensi berhubungan seks 3 kali sampai 6 kali dalam seminggu.
Di samping itu, cervical cap juga tidak aman bagi wanita yang sebelumnya pernah mengalami kegagalan dalam menggunakan metode pencegah kehamilan lain atau yang tidak berencana menggunakan cervical cap secara konsisten.
Wah Ladies, karena rahim adalah organ penting bagi seorang wanita, maka segala hal yang terkait dengannya harus dipertimbangan masak-masak, ya.
Oleh: Ardisa Lestari
(vem/riz)