Dikisahkan dalam us.reachout.com, anak lelaki ini sebelumnya tidak tahu bahwa dirinya adalah seorang penyuka sesama jenis. Ia berperilaku seperti anak-anak lelaki pada umumnya dan tidak ada tanda-tanda yang cukup mencolok yang bisa menunjukkan bahwa ia sebenarnya adalah seorang homoseksual.
Tanda-tanda ini mulai muncul dan disadari oleh anak lelaki ini ketika ia berusia 16 tahun. Namun, ia berusaha menyangkal adanya tanda-tanda tersebut dalam dirinya. Ia melanjutkan hidupnya seperti yang telah ia lakukan sebelum-sebelumnya. Ia ingin hidup normal seperti anak lelaki lain pada umumnya.
Ketika anak lelaki ini berusia 18 tahun, ia mulai menyadari bahwa tanda-tanda yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang gay semakin jelas dan tidak akan hilang begitu saja. Ia mulai berusaha untuk menerima bahwa ia sebenarnya menyukai sesama jenisnya. Hal ini tentu saja tidak mudah untuk anak lelaki ini. Ia merasa sendirian,marah, depresi dan takut selama 2 tahun setelah ia menyadari bahwa dirinya adalah seorang gay.
Setelah 2 tahun dalam keterpurukan, anak lelaki ini berusaha untuk bangkit kembali. Ia ingin membicarakan apa yang telah terjadi padanya dan juga apa yang ia rasakan dengan orang lain. Namun, ia tidak mau membicarakan hal tersebut dengan orang-orang yang dikenalnya. Ia pun kebingungan hingga akhirnya tanpa sengaja ia menemukan nomor telepon seorang psikiater yang khusus melayani para gay dan lesbian.
Setelah beberapa saat ragu-ragu, ia akhirnya memberanikan diri untuk menelepon nomor tersebut. Tanpa dinyana, anak lelaki ini mendapat dukungan penuh dari psikiater tersebut. Ia diberikan berbagai arahan hingga akhirnya ia siap menerima bahwa dirinya adalah seorang gay.
Oleh: Meilia Hardianti
(vem/riz)