Plushophilia atau plushies dianggap sebagai salah satu gejala paraphilia, ibu dari semua kecenderungan atau perilaku menyimpang seksual terhadap norma-norma normal yang ada. Paraphilia itu sendiri bisa meliputi exhibitionism, fetishism,sado-masochism, voyeurism, necrophilia (tidur dengan orang mati atau mayat), dan lain lain.
Terlansir dari laman altpenis.com, diperkirakan masih ada sekitar 100 tipe nama anakan dari paraphilia dengan berbagai macam variasinya. Dan plushies adalah satu-satunya kelainan yang mungkin bisa dikategorikan tidak berbahaya baik bagi penderita maupun bagi objek obsesinya. Seperti kelainan cabang paraphilia lainnya, plushies juga bisa dikategorikan menjadi beberapa tipe.
Plushies biasa menyukai mainan atau boneka apapun, ada juga yang hanya tertarik pada boneka berbentuk binatang dan ada pula yang sangat menyukai boneka tangan. Ada juga beberapa plushies yang mengidolakan beberapa tokoh kartun tertentu yang memiliki kemiripan seksual dengan manusia.
Tak sedikit pula plushies yang sangat suka berdandan mengenakan pakaian boneka dan ada pula yang tertarik pada orang yang mengenakan jenis pakaian boneka seperti itu.
Mereka menamai diri mereka dengan zootophiles. Orang-orang dengan gejala seperti ini akan sering dijumpai pada pertandingan dimana disitu biasanya terdapat segerombolan cheerleader lengkap dengan maskot bonekanya.
Ketika orang normal pada umumnya senang memperhatikan para cheerleaders, para zootophiles ini lebih memilih maskot berbentuk binatang sebagai objek pandangannya.
Tidak ada jawaban yang pasti mengenai alasan mereka sangat menyukai objek atau mainan dengan model-model tertentu seperti tersebut di atas nih Ladies.
Seksual imprinting atau penandaan atau pelabelan terhadap objek seksual tertentu mungkin menjadi alasan yang paling masuk akal.
Salah satu contohnya adalah burung-burung kutilang jantan yang mengelilingi zebra betina karena burung-burung tersebut menilai zebra memiliki ‘kemiripan’ yang mereka inginkan dengan spesies mereka. Oleh John Money, seorang psikolog terkenal, fenomena unik ini disebut sebagai ‘lovemap’.
Oleh: Ardisa Lestari
(vem/riz)