Ladies, ternyata pada zaman Yunani kuno, pernikahan yang tidak harmonis bisa berujung pada perubahan sexual preference seseorang, lho. Tidak percaya?
Terlansir dari laman altpenis.com, tak jarang ditemukan kasus di mana suami mengabaikan istrinya untuk masalah seks, sehingga akhirnya para istri-istri tersebut menggunakan cara lain untuk memenuhi hasrat seksualnya tersebut.
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan alat bantu seks atau dildo. Kecenderungan seperti itu akhirnya mengubah mental para wanita kesepian tersebut dan mereka menjadi punya ketertarikan khusus terhadap sesama jenis alias menjadi lesbian.
Lalu, apabila para suami tidak melakukan hubungan seksual dengan istrinya, lalu siapa partner seksual mereka? Di Sparta atau Athena, pasangan seksual yang ideal adalah para remaja yang akan menginjak dewasa.
Menariknya lagi, mereka menganggap seks sebagai sarana untuk belajar. Akan tetapi, karena pandangan masyarakat mengenai seks sangat terbatas dan kuno, hal-hal yang tidak biasa seperti anal seks masih jarang dilakukan oleh pasangan pada masa itu.
Harta yang dimiliki juga menjadi tolok ukur seks yang akan diterima tiap-tiap orang. Jika orang tersebut terlalu miskin, maka orang tersebut juga hanya bisa bercinta dengan wanita tuna susila dengan bayaran murah, seperti pornai.
Gadis pornai ini biasanya dulu bekerja sebagai budak, atau tak jarang juga mereka adalah anak terbuang atau terlantar yang sudah tak memiliki tempat tinggal.
Gadis pornai ini tarifnya sangat murah sehingga siapapun bisa membayar jasanya, namun mereka biasanya juga sudah terinfeksi oleh berbagai macam penyakit menular seksual.
Wah, jangan-jangan dari para gadis ini kata 'porn' berasal ya Ladies?
Oleh: Ardisa Lestari
(vem/riz)