Alat kontrasepsi ternyata juga sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Abad Pertengahan. Namun keberadaan alat kontrasepsi tidak terlalu mendapat perhatian dari gereja. Institusi ini lebih memperhatikan beragam aktifitas seks yang dilakukan dengan cara yang tak biasa sehingga dicap berdosa.
Para ahli agama sebenarnya tidak setuju dengan adanya alat kontrasepsi. Namun gereja malah menganggap bahwa kontrasepsi atau alat pencegah kehamilan adalah masalah moral sepele dan bukan merupakan dosa besar.
Terlepas dari praktek coitus interruptus, ada beberapa keterangan mengenai kondom yang digunakan oleh para pria di Abad Pertengahan. Kondom ini terbuat dari kantung kemih atau isi perut hewan yang kemudian diikat dengan benang dan dapat digunakan beberapa kali.
Seperti yang terlansir dari laman oddee.com, penggunaan kondom pada masa itu lebih ditekankan pada fungsinya sebagai pencegah penularan penyakit syphilis, bukan sebagai media pencegah kehamilan. Versi kondom berikutnya terbuat dari kain linen dan kondom pertama kali digunakan pada sekitar tahun 1600an.
Sama halnya dengan pria, para wanita terkadang juga menggunakan alat pencegah kehamilan berupa ramuan yang terbuat dari berbagai macam bahan yang diyakini mampu berperan sebagai 'spermicide' atau pembunuh sperma ketika digunakan di dalam Miss V.
Salah satu resep pencegah kehamilan ini terdiri dari kurma tanah, kulit kayu akasia, dan setetes madu yang dicampur dengan lem lembab. Kain biasa atau kain wool kemudian direndam dalam campuran bahan tersebut dan dimasukan ke dalam Miss V.
Ooww, kreatif juga ya Ladies?
Oleh: Ardisa Lestari
(vem/riz)