Ladies, Anda tentu sering mendengar ungkapan “wanita wajib melayani suami di ranjang” dalam kehidupan masyarakat kita sehari-hari. Namun, ternyata norma tersebut tidak berlaku lho, dalam aturan kehidupan seksual agama Yahudi.
Iya Ladies, menurut agama Yahudi, seks adalah hak yang dimiliki wanita, bukan laki-laki. Menurut ulasan jewfaq.org, para pria lah yang malah mengemban kewajiban untuk memberi nafkah batin ini secara teratur dan memastikan bahwa istrinya menikmati seks yang ia berikan. Pria Yahudi bahkan diharuskan untuk dapat membaca tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa istrinya menginginkan hubungan intim, kemudian sang suami tersebut harus menawarkannya tanpa menunggu sang istri meminta.
Hak perempuan atas hubungan intim disebut sebagai “onah”, dan hal ini termasuk dalam tiga hak dasar perempuan; seks, makanan, dan pakaian yang layak. Menurut hukum Taurat nih Ladies, tiga hak dasar ini tidak bisa diotak-atik oleh para suami, apalagi dikurangi dan diabaikan. Kitab Talmud secara spesifik menjelaskan kualitas dan kuantitas sebuah hubungan seksual yang harus dieberikan seorang suami kepada istrinya. Diantaranya, frekuensi hubungan intim berdasarkan profesi suami, meskipun kewajiban ini bisa dinegosiasikan dan dimodifikasi dalam ketubah atau perjanjian pernikahan. Hmm, menarik juga ya, Ladies?
Terlebih lagi nih Ladies, seorang lelaki Yahudi tidak boleh menyatakan sumpah untuk absen dari aktivitas seksual selama beberapa jangka waktu, atau berpergian dalam waktu yang lama. Karena, hal ini dapat mengurangi “jatah” sang istri. Seorang suami yang terus menerus menolak ajakan hubungan intim istrinya juga dapat dituntut cerai lho, meskipun pasangan tersebut telah memenuhi kewajiban “halakhic” untuk menghasilkan keturunan. Wah, lumayan banyak juga ya tuntutan lelaki Yahudi, Ladies.
Oleh: Adienda Dewi S.
(vem/riz)