Ladies, mungkin hampir seluruh budaya dan agama di dunia menaruh perhatian khusus pada menstruasi dalam kehidupan seksual para insan manusia. Bagaimana tidak, menstruasi, atau luruhnya sel telur, adalah salah satu pertanda seksualitas yang paling utama.
Begitu pun, agama Yahudi juga mengatur kehidupan seksual pemeluknya, terutama ketika menyangkut masalah menstruasi ini. Dijelaskan dalam jewfaq.com bahwa agama Yahudi mengenal pemisahan suami istri selama masa menstruasi sang wanita, yang dikenal sebagai masa “niddah”. Hukum mengenai niddah ini disebut dengan “taharat ha-mishpachah”, atau kesucian keluarga. Menurut kitab Taurat, seorang laki-laki dilarang buerhubungan seksual dengan seorang niddah, atau wanita yang sedang menstruasi, karena pada masa tersebut seorang wanita dianggap sedang tidak suci.
Hukum Taurat menyatakan bahwa pemisahan ini berlangsung minimal selama dua belas hari, dimulai dari munculnya bercak darah pertama tanda akan datangnya menstruasi, sampai hingga menstruasi berhenti. Meskipun kitab Taurat hanya menyatakan larangan intercourse, para rabbi memperluas makna pelarangan ini. Menurut para rabbi, jangankan intercourse, tidur seranjang atau sekedar menyentuh tubuh sang istri saja dilarang, lho.
Namun, sebenarnya tidak semua pemeluk agama Yahudi mengetahui tradisi ini lho, Ladies. Hal ini dikarenakan banyak pemeluknya yang tidak melanjutkan pembelajaran agama mereka setelah bar mitzvah. Sehingga Ladies, saat ini tradisi “niddah” termasuk dalam salah satu tradisi yang paling misterius dalam agama Yahudi.
Oleh: Adiienda Dewi S.
(vem/riz)