Pesantren adalah tempat menimba ilmu, terutama ilmu agama islam. Di tempat ini para muridnya yang disebut santriwan dan santriwati menimba berbagai ilmu agama, di antaranya ilmu fikih, akidah akhlak, hadis, tafsir serta ilmu agama lainnya. Pesantren adalah tempat yang amat baik untuk mencari ilmu. Namun demikian, sesuai lansiran dari annunaki.me, di balik sisi positifnya, ada pula sisi negatifnya, salah satunya adalah adanya penyimpangan seks.
Pesantren biasanya menerapkan sistem pemondokan di mana para santrinya tinggal bersama santri santri yang lain. Beberapa orang berbagi kamar tidur dan melakukan hampir semua kegiatan bersama-sama. Sistem pemondokan ini diberlakukan untuk memudahkan proses belajar mengajar di mana siswa tidak perlu pulang pergi dari rumah ke pondok untuk belajar. Sistem ini juga membuat proses belajar mengajar di pesantren lebih intensif karena para santri bisa fokus belajar mulai dari pagi hingga petang.
Sistem pemondokan ini sangat bagus untuk mendukung efektifnya proses belajar mengajar. Namun, Dari sinilah penyimpangan bisa muncul. Dijelaskan melalui laman psikologizone.com, dikarenakan pertemuan yang intens, dengan teman sesama jenis, melakukan berbagai kegiatan bersama dan jarangnya bertemu lawan jenis, muncullah ketertarikan dengan teman sesama pondoknya.
Muncullah kasus lesbian atau gay. Di mana santri perempuan tertarik dengan santri perempuan yang lain. Sedangkan santri pria tertarik dengan santri pria yang lain. Hal ini tak ayal membuat pesantren sebagai tempat yang amat baik untuk menimba ilmu menjadi tepat yang kurang baik karena adanya penyimpangan seks itu.
Oleh: Siti Alfiyah
(vem/riz)