Bagaimanapun, pembinaan para waria, gay dan lesbian di pesantren memang bukan hal yang mudah. Hal itu diakui oleh Maryani selaku pemilik Pondok Pesantren Notoyudan, Yogyakarta. Keputusannya untuk mendirikan pesantren khusus waria memang penuh konsekuensi karena perilaku para santri yang pastinya belum bisa meninggalkan dunia sebelumnya.
Maryani sendiri memang pernah punya pengalaman sebagai waria. Karenanya dia tahu betul bagaimana sulitnya mencari sesuap nasi hanya untuk menyambung hidup Dulu, dia selalu pulang malam dan mencari lelaki hidung belang yang mau mengencaninya, hanya untuk mendapatkan upah ala kadarnya.
Karenanya, dia bisa memahami sulitnya para waria meninggalkan kebiasaan lama. Dia pun berusaha memberikan pengarahan dengan sabar dan telaten agar yang bersangkutan bisa benar-benar kembali ke jalan Tuhan.
“Waria itu juga manusia. Waria juga perlu beribadah. Waria yang sudah tua seperti saya, sulit untuk kembali menjadi laki-laki. Tapi waria-waria yang masih kecil, yang masih muda-muda, bisa saja bertobat total dengan menjadi laki-laki lagi. Kalau memang ada santri di sini mau kembali menjadi laki-laki karena pintu tobatnya dibuka oleh Tuhan, monggo,” ungkapnya seperti dilaporkan oleh topix.com.
Satu keyakinan yang membuat Maryani bisa bertahan hingga kini adalah janji Allah untuk membantu umatnya yang benar-benar bertobat. Dia hanya ingin mengajak kaum waria, gay dan lesbian untuk kembali ke jalan Tuhan karena pada dasarnya derajat mereka sama dengan manusia lainnya.
Oleh: Pelangi Permatasari
(vem/riz)