Saat ini, hubungan cinta manusia dengan hewan (bestiality) memang jadi fenomena yang patut jadi sorotan. Sementara beberapa pihak menganggap tindakan ini tidak sesuai dengan norma, pihak lain malah memilih untuk tidak mempermasalahkannya. Bahkan beberapa orang menganggap bahwa aktivitas bercinta dengan hewan harusnya dilegalkan di seluruh dunia. Namun yang jadi pertanyaan, apakah bestiality memang benar-benar perlu dilegalkan?
Hal itulah yang jadi fokus pembahasan dalam salah artikel di mediamatters.com. Banyak orang menuntut legalisasi bestiality lantaran kasus ini dianggap sepadan dengan kasus homoseksual (hubungan sesama jenis). Hal ini mungkin tidak sepenuhnya salah, namun juga tak bisa dikatakan benar.
Di satu sisi, bestiality dan homoseksual memang sama-sama bentuk penyimpangan orientasi seksual, di mana hubungan seksual tidak dilakukan oleh wanita dan pria. Namun di sisi lain, kita tak mungkin menyejajarkan posisi hewan dan manusia dalam sebuah hubungan. Berbeda dengan homoseksualitas, hewan bukan makhluk berakal yang punya hasrat dan kuasa untuk memilih atau menolak menjalin hubungan dengan manusia. Hal inilah yang membuat bestiality menjadi hal yang tak mungkin untuk dilegalkan, terutama jika sudah mengarah pada pernikahan.
Pertimbangan lainnya adalah tidak adanya unsur saling melengkapi dalam hubungan antara manusia dengan hewan. Hal ini jelas berbeda dengan hubungan yang dijalin antara manusia dengan manusia, termasuk dalam kasus homoseksual. So, masih ada yang ngotot mau menikah dengan hewan?
Oleh: Pelangi Permatasari