Melakukan sunat mungkin bagi mereka pemeluk agama Islam adalah sebuah kewajiban pria dewasa. Tapi di negara yang mayoritas penduduknya bukan Muslim, sunat masih menjadi perdebatan seru terutama dengan kaitannya akan pengaruh aktivitas seksual.
Pertanyaan apakah sunat bisa mempengaruhi kenikmatan seksual memang sulit untuk dijawab. Jika kenikmatan seksual hanya diartikan sebagai sensitivitas fisik, maka memang dibutuhkan penelitian menyeluruh karena kenikmatan seksual umumnya meliputi fisik, psikologis, emosional dan pengalaman spiritual.
Penelitian di Uganda pada ribuan pria menyebutkan bahwa sunat tak mempengaruhi kenikmatan saat bercinta, namun di Amerika penelitian menyebutkan pria yang disunat mempunyai risiko lebih rendah mengalami disfungsi seksual ketimbang yang tak disunat. Studi lain menyebutkan jika 71% wanita lebih menyukai pasangan yang disunat saat bercinta.
Dijelaskan laman palingseru.com, pada saat sunat, bagian Mr.P yang dipotong adalah kulit penutup bagian kepala (preputium) lalu dijahit. Keadaan ini dalam sudut kesehatan dianggap sehat karena kepala Mr.P dan bagian dalam preputium bisa dibersihkan, karena jika tidak dibuka maka dalam waktu lama bisa terjadi penumpukan bahan dan jika dibiarkan bisa memicu kanker alat kelamin pria.
Ditambahkan kompas.com, saat bercinta kondisi Mr.P yang sudah disunat juga berpengaruh karena sebagian perempuan merasa Mr.P yang belum disunat akan kurang nyaman saat bergesekan di dalam Miss.V. Selain itu Mr.P yang belum disunat akan mengalami kesulitan untuk menemukan kondom yang pas.
Namun Mr.P yang tidak disunat dan dijaga kebersihannya saat mengalami ereksi kulit preputium menjadi sangat sensitif dan tertarik yang saat masuk ke Miss.V bisa menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi perempuan yang menyukainya. Jadi sunat atau tidak, tergantung Anda dan pasangan Anda.
Oleh: SERA UTAMI WIJAYA L.
(vem/riz)