Lebih Dekat Dengan Prosesi Siraman Pada Pernikahan Adat Solo

Fimela diperbarui 22 Jun 2014, 20:51 WIB

Ladies, anda tentu mengenal prosesi siraman yang lumrah dilakukan oleh calon mempelai dalam pernikahan adat Solo. Well, tidak hanya pernikahan adat Solo yang melakukan prosesi siraman. Hal ini juga dilakukan pada pernikahan adat Yogyakarta. Namun, apa sih makna di balik prosesi siraman itu sendiri?

Disadur dari pernikahanadat.blogspot.com dan female.kompas.com, siraman adala proses memandikan pengantin wanita sebelum pernikahan. Dalam proses siraman, digunakan sekar manca warna yang dimasukkan ke dalam tempat air, tempurung kelapa untuk gayung mandi, jajan pasar, dan tumpeng robyong. Air yang digunakan dalam siraman ini berasal dari 7 sumber yang berbeda. Kemudian, jumlah orang yang menyiram berjumlah 9 orang termasuk ayah. Jumlah 9 ini digunakan untuk mengenang keluhuran Wali Songo sebagai penyebar Islam di tanah Jawa.

Pada saat melaksanakan prosesi siraman ini, masingmasing sesepuh menyiramkan air sebanyak 3 kali siraman ke kepala calon mempelai wanita yang kemudian diakhiri oleh siraman dari ayahnya sendiri. Setelah itu, sang ayah memecah kendi sambil berucap ‘ora mecah kendhi nanging mecah pamore anakku’.

Seusai siraman, calon mempelai wanita dibopong leh ayah dan ibu menuju kamar pengantin. Di sana, sang ayah memotong rambut pada tengkuk calon mempelai. Rambut ini diberikan pada ibu untuk disimpan di tempat perhiasan dan dikubur di belakang rumah. Tujuannya, untuk membuang hal-hal buruk dari calon pengantin. Rambut calon pengantin kemudian diasapi sambil diharumi asap ratus. Lalu dirias dengan konde tanpa perhiasan dan bunga.

Itulah sekelumit prosesi siraman. Sungguh sarat makna ya, ladies?

Oleh : Clara Marhaendra Wijaya

(vem/ver)
What's On Fimela