Mengenal Midodareni dalam Pernikahan Adat Solo

Fimela diperbarui 22 Jun 2014, 20:50 WIB

Ladies, anda tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah Midodareni. Mungkin anda sering mendengar. Namun tahukan anda apa makna sebenarnya di balik malam Midodareni?

Berasal dari kata Widodari, yang berarti Bidadari dalam Bahasa Jawa, Midodareni merupakan salah satu dari rangkaian pernikahan adat Solo yang ‘haram’ terlewatkan. Dalam malam Midodareni, masyarakat Jawa kuno percaya bahwa para Bidadari turun dari Kayangan ke kediaman mempelai wanita untuk menyempurnakan dan mempercantik dia bak bidadari.

Dilangsir dari arsipbudayanusantara.blogspot.com dan pernikahanadat.blogspot.com Selama malam Midodareni, ada beberapa prosesi yang harus dilaksanakan oleh calon mempelai wanita dan orangtuanya. Yang pertama adalah Jonggolan, yang berarti menampak. Ini adalah prosesi saat pengantin pria dating ke tempat calon mertua dan menyatakan kemantapannya untuk menikahi putri dari keluarga tersebut.

Kemudian, ada proses Tantingan, di mana kedua orangtua mempelai wanita mendatangi kamar anaknya dan menanyakan kemantaban hatinya untuk menikah dan berumah tangga. Di sinilah sang mempelai wanita meminta pada sang ayah untuk mencarikan ‘kembar mayang’ yang berlanjut ke proses turunnya kembar mayang. Menurut kepercayaan Jawa, kembar mayang hanya dipinjam dari para dewa dan segera dikembalikan lagi ke bumi atau dilabuh melalui air.

Yang terakhir, adalah proses Wilujengan Majemukan. Ini adalah saat keluarga kedua calon mempelai saling bersilaturrahmi dan menyatakan kerelaan untuk saling berbesan. Selanjutnya, ibu calon mempelai wanita menyerakhan oleh-oleh untuk ibu calon mempelai pria untuk dibawa pulang.

Itulah sekelumit tentang malam midodareni. Sungguh sarat makna ya, ladies. Menyampaikan pesan bahwa pernikahan adalah suatu ikatan yang harus dijaga hingga akhir nanti.

Oleh : Clara Marhaendra Wijaya

(vem/ver)