Tata rias pengantin dalam pernikahan adat Solo tidak bisa dipandang sebelah mata. Tata rias tidak hanya sebagai seni melukis wajah yang bernilai estetika tinggi namun juga bernilai filosofi tinggi. Setiap pulasan dan aksesori yang digunakan membawa pesannya masing-masing. Penasaran dengan tata rias pengantin adat Solo? Simak bahasan di bawah ini, yuk!
Seperti dilansir pernikahan-impian-ku.blogspot.com, pengantin Solo Putri mengenakan paes hitam pekat menghiasi dahi dengan sanggul ukel besar laksana bokor mengkureh (bokor tengkurep). Disebut bokor tengkurep karena di atas konde diberi cundhuk sisir dan cundhuk mentul yang berjumlah ganjil, tujuh atau sembilan buah. Pengunaan cundhuk mentul ini konon katanya meniru sebagaimana yang dikenakan Kanjeng Ratu Kidul. Untaian bunga melati (ronce melati kawungan) yang panjang terjuntai dari kepala sang pengantin melalui pundak dan melewati sebagian tubuh pengantin wanita juga tentu saja tidak terlewatkan.
Menurut citra-keraton.blogspot.com, untuk tata rias busana pengantin Solo Putri, pengantin pria menggunakan beskap langenharjan dengan blangkon dan batik wiron bermotif Sidoasih prada. Mempelai wania menggunakan kebaya panjang klasik dari bahan bludru atau velvet warna hitam berhias sulaman benang keemasan bermotif bunga manggar. Kain batik Sidoasih prada digunakan sebagai bawahan dari kebaya tersebut.
Nah, sudah mengerti kan bagaimana tata rias pengantin pernikahan adat Solo? Pasti Anda juga familiar kan dengan tata rias pengantin tersebut?
Oleh : Clara Marhaendra Wijaya
(vem/ver)