Zaman Medieval: Tradisi Beilager Jerman

Fimela diperbarui 28 Mei 2014, 15:18 WIB

Ladies mungkin pernah membaca tentang kebiasaan masyarakat kelas bawah semacam petani atau budak pada abad ke 14 dan 15 Eropa yang menyerahkan malam pertama pengantinnya kepada majikan mereka. Ya, Ladies, pada masa itu majikan atau tuan tanah memang berhak atas separuh mas kawin mempelai pelayannya atau keperawanan sang mempelai wanita. Tidak terkecuali Jerman, yang menamainya dengan tradisi “Beilager”.

Tradisi ini diungkapkan dalam sebuah esai karangan Jörg Wettlaufer berjudul “The jus primae noctis as a male power display: A review of historic sources with evolutionary interpretation” yang dimuat dalam fibri.de. Pada zaman itu, pembayaran “mundium” atau mas kawin oleh mempelai pria yang mandiri (dalam artian, merupakan orang bebas dan bukan budak) kepada keluarga mempelai putrid akan memberinya hak untuk memiliki gadis mempelai tersebut. Artinya, pria tersebut dapat membawa sang mempelai pulang ke rumahnya sendiri serta menikmati hubungan seksual pertama mereka.

Namun, jika seorang budak atau pelayan ingin menikah seorang wanita bebas, ia harus meminta izin pada tuannya. Kemudian, sang majikan akan membayar mundium-nya kepada keluarga mempelai dan hal itu dianggap sebagai hutang. Dengan membayar mundium tersebut, sang majikan mempunyai hak yang diakui secara formal untuk membawa mempelai tersebut pulang dan melakukan “Beilager”. Beilager ini adalah tradisi simbolis yang merepresentasikan hubungan seksual pertama dengan pengantin wanita.

Beilager ini Ladies, adalah bagian penting dari ritual pernikahan di Jerman, lho. Bahkan, tradisi ini juga nantinya diintegrasikan dengan ritual pernikahan gerejawi dalam masyarakat Jerman! Bagaimana menurut Anda?

 

Oleh: Adienda Dewi S.

(vem/riz)