Melahirkan dengan bantuan dukun beranak bukannya tanpa resiko karena dukun beranak tidak memiliki ilmu tentang bersalinan dan kesehatan reproduksi yang cukup. Tak sedikit kasus ibu yang meninggal karena melahirkan di dukun beranak. Oleh karena itu, masyarakat, terutama masyarakat pedesaan kini dihimbau untuk melahirkan di bidan desa.
Agar tak serta merta “menyingkirkan” dukun beranak, pemerintah telah menggalakkan program kemitraan bidan desa dan dukun beranak. Namun tak sedikit dukun beranak yang menolak karena dianggap mengurangi pendapatan mereka.
Untuk mengatasi penolakan dari dukun beranak, bidan desa harus berperan aktif melakukan pendekatan personal. Hal ini diungkapkan oleh bidan Yuli pada laman ibudananak.com. Pendekatan dilakukan dengan cara meminta dukun beranak untuk melibatkan bidan desa dalam membantu proses persalinan.
Tak hanya itu, pembagian pendapatan dari hasil membantu proses persalinan juga harus diperjelas melalui hitam di atas putih. Dengan cara ini, dukun beranak bisa diyakinkan bahwa kemitraan ini tidak akan merugikan mereka.
Program kemitraan bidan desa dan dukun beranak dengan pendekatan personal ini agaknya sudah mulai menunjukkan hasil. Seperti dikutip dari situs carikabar.com, di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, sejak tahun 2009, sudah tidak ada lagi kasus ibu yang meninggal akibat melahirkan. Padahal sebelumnya, angka kematian ibu melahirkan mencapai delapan orang pertahun.
Oleh: Pravianti
(vem/ver)