Sudah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat pedesaan cenderung lebih menyukai bersalin di dukun beranak dibandingkan meminta bantuan bidan desa. Hal ini cukup dimaklumi karena eksistensi dukun beranak yang jauh lebih lama dibandingkan keberadaan bidan desa yang baru saja marak.
Sebenarnya, melahirkan di dukun beranak jauh lebih beresiko karena dukun beranak yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi—hanya bekal pengalaman saja. Tak hanya itu, para ibu juga akan kesulitan mendapatkan akte kelahiran anak.
Karena alasan tersebut, seperti dilangsir dari situs bangka.tribunnews.com, paramedis menyarankan agar masyarakat desa melakukan persalinan di puskesmas atau klinik bidan desa. Jika masih banyak masyarakat yang pergi ke dukun beranak, maka dukun beranak disarankan untuk melaporkannya ke bidan desa agar bidan desa yang melakukan tindakan medis.
Dukun beranak sangat disarankan untuk bekerja sama dengan bidan desa untuk hal ini. Kemitraan bidan desa dan dukun beranak ini terlihat merugikan dukun beranak, sehingga banyak dukun beranak yang menolak.
Salah satu kunci agar kemitraan bidan desa dan dukun beranak berjalan dengan baik, bidan desa harus pandai-pandai melobi dan melakukan pendekatan personal dengan si dukun, seperti halnya yang dilakukan oleh bidan Yulia.
Seperti penuturannya pada situs ibudanbalita.com, ia meminta para dukun beranak untuk melibatkan dirinya saat ada ibu yang melahirkan.
Oleh; Pravianti
(vem/ver)