Jangjawokan Pada Pernikahan Adat Sunda

Fimela diperbarui 23 Mei 2014, 07:59 WIB

Ladies yang berdomisili di daerah dengan tradisi Sunda yang kental, tentu sudah sering mendengar istilah jangjawokan. Namun, istilah ini terdengar asing bagi Anda yang berasal dari daerah lain. Untuk menambah pengetahuan, istilah jangjawokan ini dikenal sebagai salah satu prosesi dalam pernikahan adat Sunda.

Namun uniknya, seperti disalir dari laman anggaz.wordpress.com, jangjawokan adalah sebutan untuk mantra dalam kebudayaan adat Sunda. Pelafalan mantra ini sering digunakan pada beragan acara adat budaya tersebut, termasuk resepsi atau prosesi pernikahan.

Dalam prosesi pernikahan Sunda, jangjawokan biasa dilafalkan saat upacara siraman mencapai bagian terakhir. Seperti dilangsir dari laman tamanparahyangan.blogspot.com, bunyi mantra tersebut sebagai berikut:

cai suci cai hurip
cai rahmat cai nikmat
hayu diri urang mandi
nya mandi jeung para Nabi
nya siram jeung para Malaikat
kokosok badan rohani
cur mancur cahayaning Allah
cur mancur cahayaning ingsun
cai suci badan suka
mulih badan sampurna
sampurna ku paraniam

Selain dilafalkan pada saat siraman terakhir, prosesi setelahnya yaitu pada saat upacara ngerik atau potong rambut calon mempelai wanita biasanya juga disertai ucapan mantra jangjawokan. Dilangsir dari laman bogorwedding.com, lafal mantra pada upacara ngerik adalah:

Peso putih ninggang kana kulit putih
Cep tiis taya rasana
Mangka mumpung mangka melung
Maka eunteup kana sieup
Mangka meleng ka awaking, ngeunyeuk
seureuh

Demikian sedikit ulasan mengenai mantra jangjawokan pada pernikahan adat Sunda. Semoga menjadi informasi yang bermanfaat dan memperkaya khazanah pengetahuan Anda terkait kekayaan ragam adat bangsa kita sendiri.

Thanks for your reading ya Ladies!

Oleh: Satria Akbar Sigit

(vem/ver)