Ladies, dari Cina kita sekarang beralih ke Jepang. Agama Tradisional Cina adalah Konghucu dan Tao, sedangkan di Jepang adalah Shinto. Bagaimana ya Shinto menyikapi prilaku seks sejenis?
Menurut wikipedia.org, prilaku homoseksual adalah hal yang lumrah di jaman Jepang kuno, begitu juga oleh pemeluk Shinto. Dokumen sejarah yang paling jelas menyangkut hal ini adalah pada era Tokugawa.
Di era itu, Dewa-Dewa Shinto (Hachiman, Myoshin, Shinmei dan Tenjin) dipercaya melindungi 'nanshoku'. Apa sih 'nanshoku'? 'Nanshoku' adalah hubungan antara pria dewasa dengan pria yang belum dewasa. 'Nanshoku' ini dipraktikkan di lingkungan kuil-kuil di Jepang Kuno, termasuk di kuil Shinto.
Tapi, apakah terjadi hubungan seks di antara pendeta Shinto? Yang jelas, pendeta junior diwajibkan menuliskan sumpah formal yang menyatakan kesediaannya menjalin hubungan dengan pendeta senior pilihannya.
Jadi, Shinto lebih toleran pada prilaku homoseksual jika dibandingkan Tao dan Konghucu. Masih ingat kan, Ladies, meski Tao dan Konghucu tidak secara gamblang melarang hubungan sejenis, tapi keduanya menempatkan pernikahan normal sebagai kewajiban manusia.
Selanjutnya, kita akan membahas Agama-Agama yang lebih modern, Ladies, seperti Sains Religius, Sainstologi, dan Universalisme Unitarian. Agama apa sih itu? Ladies belum dengar atau membacanya? Makanya, ikuti terus kelanjutan artikel ini ya!
Oleh: Sahirul Taufiqurrahman
(vem/riz)