Fimela.com, Jakarta Membaca judul di atas, mungkin pikiranmu terlempar ke beberapa dekade silam, ketika ayah atau ibu mengantarmu ke alam mimpi lewat cerita-cerita yang mereka kisahkan. Sementara, saat ini, mungkin keadaan berbanding terbalik. Di mana ponakan atau anakmu yang minta didongengkan. Sudah siapkah?
Membawa visi dan misi untuk menyebarkan virus baik dongeng, Komunitas Ayo Dongeng Indonesia! (AyoDI) hadir sebagai Penjaga Mimpi agar dongeng bisa kembali ke tengah-tengah anak, baik di rumah, di sekolah, maupun di komunitas. Dibentuk pada 3 Desember 2011, Mochamad Ariyo Faridh Zidni alias Ariyo selaku salah satu inisiator menjelaskan sekelumit tentang AyoDI.
"AyoDI adalah komunitas yang memiliki target untuk mempopulerkan lagi dongeng tapi dengan cara yang sederhana, lebih menyenangkan, dan lebih mudah buat orang-orang, sebelum-sebelumnya gue melihat ada banyak yang mendongeng tapi susah, dan kalau workshop tuh dibikin susah, pakai boneka lah, kostum lah, teatrikal lah, alat bantu lain lah, ya itu boleh, tapi kalau untuk di awal-awal buat yang sesederhana mungkin," jelas Ariyo saat ditemui di Gramedia Matraman beberapa waktu lalu.
"Intinya, kami mau melestarikan kegiatan mendongeng atau bercerita, terus kami juga ingin melestarikan cerita rakyat supaya populer lagi, tapi kami juga ingin dongengnya itu di sekolah, di rumah, jadi ada banyak orangtua dan guru yang mau belajar dongeng, makanya kami bikin sesuatu yang sederhana, nggak pakai alat bantu dulu, nanti kalau mereka sudah banyak referensi ceritanya, boleh lah pakai alat bantu," imbuh pria kelahiran Jakarta, 18 Juni 1980 ini.
Lebih lanjut, Ariyo juga menjelaskan jika materi dongeng bisa didapat dari mana saja. Namun, kebanyakan dongeng bersumber dari buku. "Kebanyakan dari buku, tapi kami nggak menutup kemungkinan dari apa pun, sih, kalau cerita rakyat beberapa dari lisan dan dibukukan, jadi ada sisi budaya, tradisi, tapi juga ada sisi edukasi dan nilai literasinya, jadi kami mendorong pendongeng untuk mempergunakan buku, pakai buku sebagai sumber cerita dan menyampaikan cerita," ujar pria yang juga inisiator dari Komunitas Reading Bugs Indonesia ini.
Bicara soal mendongeng dari buku, AyoDI sendiri telah meluncurkan buku dongeng untuk anak-anak. "Tahun lalu, kami sudah mengeluarkan satu buku yang isinya kumpulan 13 cerita anak-anak, tahun ini harusnya mengeluarkan satu buku lagi tapi karena terkendala penulisan yang cukup lama, jadi diundur mungkin tahun depan launching-nya," kata pendongeng yang kerap disapa Kak Aio ini.
Untuk gabung di AyoDi, pria yang banyak berkecimpung di dunia literasi ini mengatakan tidak ada syarat khusus. Siapa saja boleh gabung kendati tidak memiliki kemampuan untuk mendongeng sekali pun, asal memiliki komitmen pada komunitas ini. "Di AyoDI ini ada ibu rumah tangga, ada guru, ada karyawan farmasi, ada reporter, banyak latar belakang," kata pria berkacamata ini.
"Siapa saja boleh, nggak harus dari pendongeng, ada yang datang jadi relawan tapi nggak mendongeng sama sekali, tapi bantu-bantu foto, admin, dan bantu yang lain, jadi nggak ada kewajiban atau syarat, tapi kalau mau gabung ya kami minta komitmennya, minimal datang di dua kali kegiatan AyoDI seperti workshop dan kegiatan lainnya," tambah Ariyo.
Pengalaman Mendongeng di Hadapan Anak Berkebutuhan Khusus
Seperti yang kita ketahui, mendongeng merupakan sebuah experience yang melibatkan sebagian pancaindra, khususnya indra pendengar dan indra penglihat. Kendati begitu, bukan berarti dongeng tak bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki keterbatasan. Pun bagi AyoDI, hal tersebut bukan sebuah halangan untuk menyebarkan virus dongeng.
Mantan pengajar di Universitas Indonesia ini mengisahkan jika AyoDI pernah mendongeng di depan anak-anak tunanetra dan tunarungu. "Di daerah Jakarta Timur ada rumah belajar dan panti asuhan, yang belajar di sana anak-anak tunanetra, mereka responnya luar biasa, sih, awalnya bingung harus kayak gimana, tapi teman-teman AyoDI mau belajar untuk mengatasinya, karena pertama belajar bagaimana untuk tidak mengasihani, bagaimana caranya mereka mendongeng di tengah keterbatasan," cerita pria yang mendongeng sejak 1999 ini.
Sebagai komunitas non-profit, AyoDI berdiri secara independent, sehingga mereka mendanai kegiatannya secara swasembada. Namun, terkadang mereka juga melibatkan pemerintah untuk mendukung kegiatannya dalam bentuk non-materi. "Kebanyakan kegiatan kami selalu cari kerja sama, jadi nggak keluar biaya banyak, kalau pun keluar biaya biasanya kami patungan atau fundraising, kalau ke pemerintah biasanya kami nggak minta materi, tapi lebih ke peminjaman tempat," jelas pendongeng yang hobi travelling dan menonton ini.
Sebagai komunitas, AyoDI tak hanya menjadi wadah untuk orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama, lebih dari itu, AyoDI juga menyediakan wadah bagi anggotanya untuk melebarkan sayap di dunia dongeng profesional.
"Kami ada satu tim lagi namanya Imaginatory, isinya para pendongeng di Ayo Dongeng Indonesia! yang sudah bagus, tapi mereka profesional, jadi kalau ada permintaan dongeng dari korporat atau brand lewat Imaginatory, tapi mereka nggak boleh pasang logo AyoDI atau mengatasnamakan AyoDI, jadi AyoDI tetap non-profit dan nggak akan ambil keuntungan dari sana," jelas pria lulusan Universitas Indonesia ini.
Di penghujung obrolan, Ariyo memberi sekelumit tips bagi orangtua dalam mendongeng. "Kalau mau dongeng ya dongeng aja, karena buat gue, dongeng itu skill, bukan bakat, kalau bakat lo dari lahir jago, tapi kalau skill lo banyak berlatih maka lo akan jago, jadi yaudah lo cerita, lo lakuin, gampang,"
Ariyo juga berharap semoga kesadaran mendongeng untuk anak di kalangan orangtua semakin meningkat dan tak ada lagi orangtua yang mengeluh tak memiliki waktu bagi anaknya untuk mendongeng.
"Semoga banyak orangtua yang sadar kalau dongeng itu penting, penting buat anaknya, penting juga buat orangtuanya, tapi mendongeng itu mudah dan akan selalu menyenangkan, dan kami berharap dengan mudahnya, orangtua nggak akan mengeluh karena nggak ada waktu, kalau cuma punya waktu saat weekend ya lakukan saja di weekend, nggak usah pergi ke luar rumah, lo quality time aja di rumah, cerita kehidupan lo zaman dulu," pungkas Ariyo.
Selain Ariyo, Fimela.com juga berhasil mewawancarai Ayu, salah satu anggota AyoDI di kesempatan yang sama. Ayu bercerita gabungnya ia dengan AyoDI berawal dari workshop yang diadakan oleh perusahaan tempatnya bekerja. "Aku ikut AyoDI awalnya dari workshop di Gramedia tempat kerja tahun 2014, terus resign dan ikut ikut kegiatan AyoDI, karena tempat tinggal saya dan Mas Ariyo dekat juga," kenang Ayu.
Menurutnya, bergabung dengan AyoDI adalah hal yang seru baginya. "Seru banget, sih, menemukan dunia lain dari cerita, ternyata berbagi itu semudah bercerita ke panti asuhan, ke taman baca, ke anak-anak jalanan, ke rumah sakit, ke taman-taman umum," kata Ayu.
Punya ketertarikan terhadap dongeng dan gabung bersama AyoDI? Follow AyoDI di akun Instagram mereka @ayodongeng_ind dan temukan berbagai info seputar dongeng serta kegiatan mereka di sana.