Pernahkah Ladies terlibat atau menyaksikan upacara penyambutan mempelai pada pernikahan adat Sunda? Bagaimana menurut, Ladies? Sesuai namanya, prosesi penyambutan biasanya ditandai dengan berbagai arak-arakan, keramaian, dan suka cita. Begitu pun yang tergambar pada prosesi pernikahan di Sunda.
Upacara penyambutan mempelai diawali dengan adanya umbul-umbul yang kemudian diikuti oleh rombongan wanita muda yang membawa lilin. Pada barisan selanjutnya, kedua orang tua dari mempelai wanita akan menyambut kedatangan kedua mempelai. Sang ibu memberikan sebuah keris dan mengalungkan seuntai bunga kepada mempelai pria, sedangkan sang ayah menutupkan selendang di atas kepala kedua mempelai. Hal ini mengisyaratkan bahwa pengantin telah diterima secara penuh oleh anggota keluarga besar.
Selanjutnya adalah prosesi sungkeman. Kali ini suasanya sangat berbeda, Ladies. Prosesi sungkeman berlangsung khidmat dan cukup mengharukan. Pada prosesi ini, kedua mempelai bersimpuh di depan orang tua untuk meminta maaf sekaligus restu atas pernikahan mereka.
Selepas acara sungkem, ada yang menarik, Ladies, yakni terdapat penari-penari yang menghujani kedua mempelai dengan bunga-bunga cantik. Seolah-olah, pengantin berada di tengah-tengah taman dengan bunga dan daun yang sedang berguguran. Wow, romantis, ya?
Namun, kegiatan dan segala bentuk pernak-pernik yang digunakan dalam prosesi ini tidaklah sekedar untuk tujuan romantisme atau kesan indah saja, Ladies. Menurut www.expat.or.id, lilin-lilin yang dibawa oleh rombongan wanita tersebut merupakan simbol doa dan pengharapan terbaik bagi kehidupan mempelai kedepannya.
Begitu pun dengan siraman bunga yang diartikan sebagai simbol kehidupan yang indah layaknya bunga-bunga tersebut. Tak hanya itu, Ladies. Keris yang diberikan kepada mempelai pria dimaksudkan agar mempelai pria kelak dapat terus kuat dalam membina serta menafkahi keluarganya.
Melihat simbolisasi dan keindahan prosesi tersebut, Ladies tidak perlu malu untuk mengadakan pernikahan dengan tradisi yang kental, yah. Mengikuti tradisi bukan berarti kuno, lho.
Oleh: Rahma M. Tyas