Hamil di luar nikah sangat rentan kaitannya dengan aborsi. Aborsi tidaklah sembarangan dilakukan, dan akan berdampak pada emosi kejiwaan orang yang memilih aborsi.
Efek pada emosi yang ditimbulkan dari tindakan aborsi dapat berbeda dari satu orang ke orang lainnya. Bahkan beberapa wanita melaporkan bahwa mereka merasa lebih nyaman ketika melakukan tindakan aborsi.
Ketika berbicara tentang dampak emosi yang ditimbulkan oleh aborsi, banyak orang yang memandang bahwa pastinya akan selalu membawa ke arah yang negatif. Yang menjadi pertanyaan mereka adalah apa efek langsung terhadap emosi dan psikologis dari aborsi? Apakah resikonya berbahaya?
Menurut americanpregnancy.org, efek yang dihasilkan sebenarnya bervariasi, dari yang stress biasa, tidak nafsu makan, merasa bersalah, hingga depresi akut dan keinginan untuk bunuh diri. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan dan diwaspadai karena jika dibiarkan berlarut-larut maka akan berujung kepada kematian.
Satu faktor penting yang menyebabkan perasaan bersalah yang mendalam terhadap tindakan aborsi bergantung kepada kondisi bayi yang ada dalam kandungan. Bagi orang yang percaya bahwa bayi bukan merupakan “bayi” sebelum dia dilahirkan.
Jadi, aman-aman saja untuk melakukan aborsi selagi bayi masih kecil di dalam perut. Orang-orang yang berpikiran seperti itu akan lebih kecil kemungkinannya terserang depresi yang berlebihan.
Lain lagi halnya dengan orang yang menganggap bahwa bayi yang diaborsi berarti dia telah melakukan suatu tindak pembunuhan terhadap bayi tersebut. Orang-orang seperti ini akan dipastikan akan stress dan merasa bersalah yang amat dalam dalam beberapa waktu yang lama.
Oleh: Raisa Fadilla
(vem/ver)