Pada masa kehamilan, air ketuban sedikit ataupun banyak sebenarnya sangat penting untuk dibicarakan di dunia medis karena sedikit banyak berpengaruh terhadap proses persalinan maupun keadaan bayi di dalam perut. Sebelumnya, mungkin banyak ibu hamil yang tidak mengetahui apa itu fungsi air ketuban, dari mana asalnya, dan berapa banyak air ketuban yang seharusnya ada ketika proses kehamilan berlangsung.
Dilansir dari babycenter.com, banyak sekali fungsi dari air ketuban untuk bayi yang ada di dalam perut. Di antaranya adalah air ketuban berfungsi untuk melindungi bayi di dalam perut agar tidak terluka jika terdapat goncangan-goncangan dari luar. Selain itu, air ketuban juga mencegah tekanan yang berasal dari tali pusar yang dapat mengurangi persediaan oksigen untuk bayi.
Air ketuban itu sendiri berasal dari urin bayi yang yang dikeluarkan melalui proses tersendiri. Dalam 14 minggu pertama kehamilan, cairan berjalan melalui peredaran darah menuju ke kantong ketuban. Setelah 6 bulan pertama, bayi mulai meminum cairan tersebut, masuk ke dalam ginjal, dan dikeluarkan sebagai urin. Proses tersebut dilakukan berkali-kali oleh si bayi hingga pada akhirnya menentukan banyak sedikitnya air ketuban.
Pada situasi yang normal, jumlah air ketuban meningkat hingga bulan ke-9. Pada minggu ke 34-36, seorang ibu hamil dapat membawa 1 liter air ketuban di dalam perutnya, dan akan menurun hingga proses melahirkan.
Ketika air ketuban berjumlah lebih sedikit dari jumlah normal, maka hal ini disebut dalam dunia medis sebagai “oligohidramnios”. Jika terlalu banyak, disebut dengan “hidramnios” atau “polihidramnios”. Banyak sedikitnya ketuban ternyata akan membawa masalah tersendiri ketika proses melahirkan berlangsung.
Oleh: Raisa Fadilla
(vem/ver)