HIV/AIDS dan Kehamilan (II)

Fimela diperbarui 12 Mar 2014, 10:37 WIB

Seperti yang telah ditulis pada artikel sebelumnya, peluang penularan HIV/AIDS dari ibu kepada anak yang masih bayi lebih besar terjadi pada ibu yang melahirkan secara normal. Oleh karena itu, ibu hamil yang diketahui positif terinfeksi HIV/AIDS, disarankan untuk melakukan persalinan secara Caesar.

Dari laman patient.co.uk, penularan infeksi HIV dari ibu kepada bayinya dapat dikurangi melalui diagnosis awal maternal.

Screening HIV harus dilakukan sedini mungkin; pasalnya pemeriksaan antenatal yang dilakukan sejak awal dinilai efektif untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu kepada anak.

Selama periode antenatal, terapi antiretroviral akan dilakukan untuk mengurangi resiko penularan HIV/AIDS dari ibu kepada anak. Pilihan untuk melakukan persalinan secara Caesar dan menghindari proses menyusui juga akan diinformasikan kepada ibu hamil sejak awal.

Ketika cara tersebut di atas dipercaya dapat mengurangi resiko penularan HIV/AIDS dari ibu kepada anak hingga 30 persen.

Untuk wanita hamil yang positif terinfeksi HIV/AIDS, dirinya harus segera mendapatkan treatment untuk infeksi genital yang mungkin terjadi. Treatment ini harus segera dilakukan dan treatment ini harus dilakukan secara berulang-ulang hingga usia kehamilan mencapai 28 minggu.

Treatment yang berefek samping pada gejala-gejala pre-eclampsia, cholestasis, atau gejala disfungsi hati selama dalam masa kehamilan mungkin merupakan pertanda keracunan obat yang harus diatasi dengan cepat.

 

Oleh: Pravianti Ayu Mirantiraras

(vem/riz)