Selain mitos seksual mengenai ukuran organ genital pria yang banyak dipercaya orang-orang, mitos mengenai G-spot sebagai bagian daerah kewanitaan yang dapat memberikan wanita kenikmatan seksual juga banyak menjadi bahan perdebatan. Lalu, sebenarnya apakah G-spot benar-benar ada atau hanyalah sebuah mitos belaka?
G-spot pertama kali ditemukan oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Ernst Gräfenberg. Kemudian pada tahun 1982, G-spot menjadi semakin popular setelah diulas daam sebuah buku yang berjudul The G-spot. Letak G-spot dideskripsikan pada beberapa sentimeter setelah mulut Miss V dan stimulasi pada G-spot dipercaya dapat membawa wanita pada puncak kenikmatan seksual.
Namun, keberadaan G-spot masih dalam perdebatan di kalangan para ahli dan apakah mitos atau fakta tergantung pada siapa Anda bertanya. Menurut Seth Prosterman, PhD, ahli seksologi dari San Fransisco, menyatakan G-spot benar-benar ada dan kebanyakan wanita mendapatkan puncak kenikmatan seksualnya dari stimulasi pada G-spot.
Sedangkan Ira Sharlip, MD, profesor urologi di University of California di San Fransisco, berpendapat bahwa G-spot tidak benar-benar ada dan anatominya pun tidak ditemukan dalam anatomi daerah kewanitaan. Nah, Hellen O’Connel, kepala ahli neurologi dari Royal Melbourne Hospital Department of Urology di Australia, menyatakan bahwa daerah kewanitaan memang sangat kompleks.
Ia mengatakan, seperti yang dilansir dari men.webmd.com, entah G-spot benar-benar ada atau sebuah mitos belaka, fokus pada satu bagian tubuh wanita saja tidak akan membawanya pada orgasme. Sebaiknya Anda melihat semua sebagai satu kesatuan bukan hanya satu bagian saja.
Oleh: Lies Nureni
(vem/rsk)