Pendidikan seks untuk anak di usia pra-remaja pada umumnya disampaikan oleh bundanya. Mengapa? Karena ayah sering kali dianggap kaku dalam mengkomunikasikan hal-hal yang masih dianggap tabu untuk diperbincangkan, dan banyak anak yang lebih dekat dengan bundanya dari pada ayahnya. Meskipun kadang terkesan kaku dalam berkomunikasi dengan sang anak, ayah juga harus tetap terlibat dalam memberikan edukasi kepada mereka lho, Bunda.
Situs Parenting.com telah menganalisa bahwa kedekatan antara anak dan ayah memiliki hubungan yang signifikan terhadap penundaan berhungan seks di usia dini. Dengan demikian, sebaiknya ayah juga harus dekat dengan anak dan menciptakan hubungan yang komunikatif dan harmonis di antara keduanya. Selain penundaan memiliki hubungan seks di usia dini, ayah juga akan bisa membantu anak untuk memiliki hubungan seks yang aman dan sehat.
Akan tetapi, bagi ayah yang kurang komunikatif, ada kalanya mereka mengatakan “tidak” untuk turut serta memberikan pendidikan seks bagi anaknya. Jangan khawatir Bunda, pelan-pelan, jelaskan kepada ayah untuk menyadari pentingnya peran dan kewajiban orang tua, bukan saja Bunda, tapi juga ayah, dalam memberikan pendidikan seks bagi buah hati tersayang karena baik Bunda maupun ayah adalah fondasi yang sangat kuat bagi pemahaman sang anak nantinya.
Selain itu, ingatkan juga kepada ayah agar mereka tidak terlalu kaku dan terlalu longgar dalam memberikan kekebasan kepada anak ya, Bunda. Berbagai studi telah mengatakan bahwa keseimbangan antara peraturan yang kaku dan longgar telah menyelamatkan anak untuk memiliki hubungan seks di usia dini.
Keberhasilan pendidikan seks bagi anak usia pra-remaja tergantung kepada ayah dan juga Bunda, keduanya memiliki kewajiban dan peran yang seimbang, Bunda.
Oleh: Surya Fajar
(vem/rsk)