Terapi Bagi Korban Pemerkosaan di Congo Rupanya Cukup Berhasil

Fimela diperbarui 06 Des 2013, 12:34 WIB

Ladies, trauma baik secara fisik maupun psikis pada korban pemerkosaan memang tidak dapat dihindari. Banyak wanita yang tidak tahan menahan malu dan tekanan batin pada akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Oleh karena itu, beberapa peneliti dari Universitas Johns Hopkins mengadakan terapi yang ditujukan untuk korban pemerkosaan di Congo.

Terdapat ratusan ribu wanita di Congo menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan aparat pemerintahan. Pemerkosaan selalu didasarkan alasan perang. Aksi brutal yang dilakukan para tentara kepada wanita yang tak berdosa tentu membuat masyarakat dunia prihatin. Kebrutalan para pelaku tidak sebatas hanya memperkosa saja akan tetapi penetrasi yang dilakukan pun menggunakan benda-benda yang tidak semestinya seperti pistol, pisau, atau benda lain yang dapat melukai dan merusak alat reproduksi korban.

Menurut informasi yang dilansir situs nytimes.com, terapi dilakukan salah satunya dengan cara membuat korban berpikir hal apa yang membuat kasus pemerkosaan dirinya terjadi. Apakah karena pakaiannya, sikapnya terhadap laki-laki, ataukah karena kurang bisa menjaga diri dengan baik. Terapi yang dilakukan ini nampaknya berhasil baik. Hal ini terbukti dengan besarnya jumlah korban pemerkosaan yang mulai dapat mengendalikan trauma yang dialami, yaitu 52 persen. Setelah terapi berjalan selama 6 bulan, hanya ada 9 persen korban yang masih terbayang-bayang trauma masa lalu.

Wanita korban pemerkosaan kini dapat hidup dengan baik karena mereka menganggap diri mereka penting. Mereka tidak peduli orang-orang mencemooh dan membenci mereka. Para wanita ini tetap melanjukan hidup dengan tegar.

Oleh: Rani R. Wati

(vem/rsk)
What's On Fimela