Memandang Seks Dari Perspektif Islam (II)

Fimela diperbarui 17 Nov 2013, 17:57 WIB

Mengenai bahasan seks yang masih cukup dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat, Nabi Muhammad pada masa hidupnya telah mampu menyikapinya secara arif tanpa menunjukkan rasa malu-malu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan seks.

Dilansir kembali dari laman godlas.myweb.uga.edu, Alquran dan Hadist juga memuat perihal seks secara jelas. Hubungan seksual antara suami dan istri adalah hal alamiah yang dilakukan sebagai cara untuk mendapatkan kepuasan lahir dan batin secara mutual, mempertahankan keharmonisan suami istri, dan keintiman keluarga.

Dalam Alquran (2:222) dijelaskan pula bahwa suami istri diperintahkan untuk menghindari hubungan seksual ketika si istri dalam keadaan menstruasi karena hal tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada istri.

Banyak hadist yang menyinggung tentang pernikahan dan hubungan seksual antara suami dan istri. Pada beberapa hadist, disebutkan bahwa pada saat berhubungan seksual foreplay adalah salah satu hal yang penting dilakukan. Tak hanya itu, berbicara secara intim pada saat berhubungan seks adalah hal yang juga tak boleh dilupakan.

Dari sini ditekankan bahwa kepuasaan yang dirasakan oleh kedua belah pihak adalah hal yang diutamakan. Sebuah hadist juga bahkan menyebutkan bahwa suami disarankan untuk mampu membuat istrinya mencapai orgasme terlebih dahulu.

Ketidakpuasan seksual yang dirasakan oleh salah satu pihak ditakutkan akan menjadi salah satu faktor penyebab perceraian—yang notabene merupakan salah satu tindakan yang dibenci Allah.

Oleh: Pravianti Ayu Mirantiraras

(vem/rsk)
What's On Fimela