Bahaya seks bebas sudah mengintai generasi muda sejak usia belasan. Anak-anak SMP zaman sekarang tentu sudah sangat familiar dengan film porno, komik porno, dan puluhan macam pornografi lainnya. Bahkan, beberapa anak perempuan usia SMP pun sudah berani menjajakan diri demi segelintir uang dari pria-pria hidung belang yang tidak tahu aturan di luar sana.
Oleh karenanya, pendidikan seksual menjadi hal yang vital yang harus diberikan kepada anak-anak dalam usia menjelang pubertas agar tidak salah langkah. Salah satu idenya adalah dengan memasukkan pendidikan seksual dalam kurikulum pembinaan BK (Bimbingan dan Konseling) di sekolah. Tapi, tunggu dulu, Ladies. Haruskah ini betul-betul dilakukan?
Pada tahun 2011 yang lalu, sekolah-sekolah di New York, Amerika Serikat memperdebatkan hal ini. Dilansir dari cnn.com, banyak sekali orang tua yang melakukan protes karena tidak menyetujui adanya pendidikan seks di dalam kurikulum pendidikan anak-anak mereka. Menurut para orang tua ini, pendidikan seksual seharusnya hanya dilakukan oleh orang tua anak, bukan orang di luar keluarga mereka.
Well, Ladies, dengan budaya ketimuran yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, sepertinya alasan bahwa pendidikan seks hanya boleh diberikan oleh orang tua adalah hal yang sulit diwujudkan. Coba tanyakan kepada para orang tua yang Anda kenal, apakah mereka memiliki inisiatif untuk memperkenalkan kepada anak tentang kegunaan kondom? Atau, apakah mereka merasa nyaman membicarakan tentang pornografi dengan anak? Kemungkinan besar para orang tua akan menjawab “tidak”.
Jadi, apakah pendidikan seksual memang harus diberikan oleh sekolah? Anda sendiri tentu bisa menimbang-nimbang.
Oleh: Mazhi
(vem/rsk)