Suami wajib mencintai istri dan istri wajib mematuhi suami. Demikianlah gambaran mengenai pernikahan pada masa Israel kuno. Orang tualah yang biasanya mengatur pernikahan sekaligus mencari calon yang tepat dari suku yang sama atau desa tetangga. Tapi agak sulit juga membayangkan pasangan ini bisa saling mencintai setelah menikah.
Ajaran Yahudilah yang banyak mempengaruhi dasar sebuah pernikahan di Israel kuno. Zaman dahulu poligami diperbolehkan dan umumnya dilakukan oleh orang kaya. Yang cukup menarik dari hubungan pernikahan orang Israel adalah sebagai arti pernikahan sebagai partner ekonomi berdasarkan informasi dari laman womenintheancientworld.com.
Istri boleh punya harta dan properti tapi ia harus menjaganya sendiri dan suami disarankan sebagai pendukung saja. Seorang istri juga harus siap hidup dalam kesengsaraan bersama suaminya kapanpun dan dimanapun. Misalnya, apabila seorang suami bangkrut dan berutang dalam jumlah besar hingga jatuh miskin, sang istri akan dijual sebagai budak bersama suaminya untuk membayar hutang.
Melahirkan anak laki-laki lebih baik daripada mealhirakn anak perempuan bagi suatu keluarga. Mempunyai anak laki-laki menjadi penting keran bisa mewarisi nama dan garis keturunan keluarga. Lalu Ladies, istri yang tak kunjung melahirkan anak laki-laki bisa sampai diceraikan oleh suami lho.
Dalam beberapa keluarga di zaman Israel kuno seorang istri terkadang mempunyai budak seks sendiri. Status yang diberikan untuk melahirkan laki-laki walaupun hasil dari hubungan seks dengan budak adalah hal yang sangat membanggakan bagi seorang istri, lho. Saudara dari almarhum suami bisa menikahi jandanya kalau si istri belum juga melahirkan anak laki-laki sampai suaminya meninggal.
Hubungan timbal balik dalam pernikahan di zaman Mesir kuno pada akhirnya juga tak lepas dari keuntungan ekonomi dan status sosial.
Oleh: Hening
(vem/rsk)