Wanita Ekonomi Tinggi pun Jadi Korban KDRT

Fimela diperbarui 23 Sep 2013, 05:58 WIB

Wanita cenderung dikatakan lebih lemah dari pria. Karena biasanya wanita cenderung tidak berpenghasilan alias bergantung pada penghasilan suami. Dari kondisi inilah yang membuat wanita juga diremehkan di dalam keluarga, terutama suami. Meski, fakta seperti ini tidak berlaku untuk semua kasus, tidak bisa dipungkiri memang kasus seperti ini benar-benar terjadi.

Walaupun kenyataannya demikian, wanita yang memiliki penghasilan bukan berarti jauh dari bahaya KDRT. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa mereka juga rawan akan kekerasan yang bisa saja datang kapan saja. Hal ini tentu sedikit berbalik dari fakta yang ditampilkan dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh komnas perempuan.

Di dalam situs resmi Komnas Perlindungan Perempuan, komnasperempuan.or.id, dijelaskan bahwa faktor ekonomi menjadi penyebab kedua setelah kasus terlalu digdayanya dan dominannya suami di dalam keluarga. Ditambah lagi, dari segi kekerasan yang dicatat oleh komnas perempuan tersebut, hampir semuanya merupakan kejadian yang melibatkan wanita berperokonomian rendah, atau malah tanpa penghasilan.

Jika ditemukan wanita yang masih berperekonomian cukup, tapi tetap mengalami kekerasan, tentu ini menjadi hal yang ironis. Berarti juga, hal seperti ini menambah daftar korban KDRT dari tipe kalangan wanita mana pun. Tidak hanya yang tidak berdaya, tapi yang memiliki daya menghidupi dirinya sendiri sekalipun.

Kasus seperti ini sempat diberitakan oleh health.liputan6.com. Menurut situs tersebut, 23,2 persen perempuan mengalami kekerasan rumah tangga. Kasus ini terjadi di wilayah Amerika Utara, Uni Eropa, Korea Selatan, Jepang, Australia dan Selandia Baru. Mungkin memang masih terjadi di luar Indonesia, tapi bukankah tidak menutup kemungkinan bisa terjadi di dalam negeri?

Dari deskripsi yang sudah diterangkan di atas, berarti memang tidak akan menutup kemungkinan setiap wanita di dunia bisa mendapatkan kekerasan. Tidak peduli wanita dari kalangan yang kurang dari segi ekonomi, atau pun wanita yang mandiri dengan penghasilannya. Semua punya kemungkinan untuk mengalami.

Oleh: Nurrohman Sidiq

(vem/rsk)
What's On Fimela