Inses Dalam Tradisi Bangsa Mesir Kuno

Fimela diperbarui 15 Sep 2013, 19:43 WIB

Inses atau perkawinan sedarah, memang masih menjadi pro kontra hingga saat ini. Beberapa kebudayaan masih mempraktikkan tradisi inses, walaupun secara medis inses dikhawatirkan dapat membahayakan keturunan pasangan tersebut. Ladies, praktik perkawinan sedarah ini sejatinya sudah dimulai sejak masa lampau. Salah satu contohnya adalah perkawinan sedarah yang dilakukan bangsa Mesir kuno.

Menurut situs bigeye.com, tradisi ini bermula dari garis matriarki yang dianut orang-orang Mesir kuno. Pada masa itu, garis keturunan ditelusuri dari riwayat ibu. Bahkan darah kebangsawanan juga diturunkan kepada wanita. Imbasnya, kekayaan dan jabatan seorang laki-laki juga ditentukan dari garis matriarkinya. Apabila seorang laki-laki ingin menjadi Firaun, dia harus menikahi seorang gadis bangsawan.

Ladies, saat istri seorang laki-laki Mesir kuno meninggal dunia, maka laki-laki itu tidak lagi berhak atas segala harta dan jabatan yang dimiliki. Semua harta kekayaan yang ditinggalkan kemudian diwariskan kepada anak perempuan atau cucu perempuan.

Nah ladies, karena masalah harta inilah, tradisi inses dimulai. Laki-laki yang tidak ingin kehilangan harta bendanya akan berusaha mempertahankan dengan menikahi pewaris keluarga, yang bisa jadi adalah anak perempuan maupun cucu perempuannya.

Tradisi inses di zaman Mesir kuno telah membuat banyak sekali ayah yang menikahi anaknya, atau kakek yang menikahi cucunya. Bahkan, pernikahan antara kakak dan adik juga menjadi hal yang lumrah.

Sayangnya, kebenaran hal ini sedikit diragukan karena penggunaan kata sapaan dalam dokumen Mesir kuno agak kurang jelas, terutama untuk wanita. Sebagai contoh, penggunaan kata sapaan “adik” untuk wanita dapat diartikan saudara, gundik, teman wanita, bahkan bibi.

Oleh: Ayu Liskinasih

(vem/rsk)