Bagaimana Pandangan Islam Tentang Surrogate Mother (Ibu Pengganti)

Fimela diperbarui 12 Sep 2013, 09:47 WIB

Permasalahan infertil merupakan masalah klasik yang sering dijumapai di kehidupan sehari-hari. Sejak dulu, semua orang mencari cara untuk memcahkan masalah ini, baik menggunakan obat-obatan ataupun terapi. Lalu bagaimana Islam memandang surrogate mother (Ibu Pengganti)?

Surrogate mother merupakan metode dalam mengobati infertilitas. Dalam hal ini, surrogate mother akan melibatkan bantuan wanita lain untuk membawa sel telur yang telah dibuahi di dalam rahimnya. Wanita ini bersedia untuk membawa anak atas nama pasangan lain.

Laman qa.sunnipath.com berpendapat bahwa praktik ibu pergganti ini adalah haram hukumnya. Karena hukum bagi seorang wanita membawa sel telur yang telah dibauahi dari laki-laki yang bukan suaminya adalah sama seperti zina.

Selain itu, dengan memasukan pihak ketiga (Ibu pengganti) akan membuat garis keturunan sang anak menjadi tidak jelas. Senada dengan itu, w-afif-mufida-fk12.web.unair.ac.id juga menjelaskan bahwa di Indonesia sendiri, praktik Ibu pengganti ini tidak diperbolehkan alias dilarang berdasarkan hukum yang berlaku.

MUI juga berpendapat bahwa melahirkan anak dari Ibu pengganti hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan.

Lalu bagaimana dengan nasab anak yang dilahirkan dari Ibu pengganti ini?

Menurut kikinmulyati.wordpress.com, Islam sendiri memiliki dua pendapat berbeda tentang ini. Pendapat pertama menyatakan bahwa anak dinasabkan kepada Ibu yang mengandung dan melahirkannya saja. Sedang pendapat kedua menyatakan bahwa anak dinasabkan kepada Ibu yang mengandung dan melahirkannya serta Ayahnya, sekalipun mereka tak mempunyai hubungan.

Oleh: Ratna K. Dewi

(vem/rsk)
What's On Fimela