Seperti pada persalinan Caesar, setelah proses aborsi pun wanita juga perlu istirahat di tempat tidur beberapa saat. Logikanya, setiap tindakan medis yang tidak sesuai prosedur normal, tentunya memiliki resiko. Misalnya, Caesar adalah lawan dari kelahiran vaginal atau aborsi adalah lawan dari kelahiran.
Seperti yang dilansir dari prochoice.org, kebanyakan wanita di USA yang melakukan aborsi, menggunakan obat misoprostol lalu mengeluarkan janinnya di rumah. Janin itu akan serupa darah haid sehingga mereka akan mengalami pendarahan yang lumayan banyak.
Selain pendarahan, wanita tersebut juga akan mengalami pusing, diare, mual, muntah, demam, dan kram. Jika seorang wanita mengalami gejala seperti flu, atau sakit perut selama lebih dari 24 jam, maka dia perlu ke klinik.
Kebanyakan wanita akan mengalami kram perut selama beberapa jam. Darah beku atau gumpalan darah juga keluar saat janin itu keluar. Janin biasanya tidak terlihat dalam gumpalan darah tersebut, apalagi untuk kehamilan usia muda. Pendarahan dan kram akan berkurang seiring dengan keuarnya jaringan janin. Pendarahan sendiri baru akan berhenti setelah satu atau dua minggu. Cukup lama ya Ladies.
Beberapa wanita melaporkan, siklus menstruasi pertama mereka setelah proses aborsi lebih lama, lebih banyak, atau tidak seperti biasanya. Siklus akan kembali normal pada siklus kedua. Sementara itu, komplikasi setelah aborsi jarang terjadi. Sekalipun ada, biasanya seorang wanita membutuhkan tranfusi darah karena banyaknya darah yang keluar.
Cukup ngeri ya Ladies aborsi itu. Mulai dari pengambilan keputusan hingga efeknya. Semoga informsi tadi menambah wawasan Anda.
Oleh: Asizah
(vem/rsk)