Ladies, ada salah satu pepatah bahwa cinta adalah menerima satu sama lain dan menerima apa adanya. Benarkah? Lalu bagaimana bila dengan menerima tanpa syarat, hidup menjadi berantakan?
Ada satu pelajaran yang bisa diambil dari mitos tersebut: berpikir realistis. Menurut dummies.com, kebanyakan pasangan akan berusaha untuk mengungkapkan betapa pasangan mereka tidak lagi seperti yang mereka inginkan. Berubah, sesederhana itu.
Pernikahan, yang awalnya merupakan prinsip ekonomi untuk mendapatkan harta, tahta, dan keturunan, berubah menjadi sarana pemuasan diri. Ketika ini terjadi, maka banyak pasangan berubah menjadi egosentris. Pasangan harus mengabulkan semua yang Anda mau, dan bila tidak, maka pasangan Anda tidak cinta.
Kemanakah “aku mencintaimu apa adanya” yang dulu pernah Anda ucap?
Salah satu kesalahan dalam pernikahan adalah bersikap egois. Dengan adanya sikap itu, maka pasangan Anda tidak lagi menjadi apa yang inginkan. Satu-satunya cara untuk menghilangkan egois adalah dengan melihat dari sudut pandang pasangan Anda, dan mencari tahu dimana lekat kesalahannya.
Lalu bagaimana bila Anda gagal untuk memahami perasaannya?
Cobalah untuk mensyukuri pernikahan Anda. Pertama, syukuri bahwa dengan menikah dengannya, Anda mendapatkan bulan madu yang sangat mengesankan. Kemudian, syukuri bahwa tanpa dia, Anda tidak akan memiliki anak-anak Anda. Yang terakhir, cobalah untuk mengingat dan merasakan betapa Anda sangat menyayanginya, dan waktu telah merubahnya.
Selalu ingat “aku mencintaimu apa adanya”, dan berhentilah mencintainya ketika dia melakukan sebuah kesalahan yang snagat besar; bukan karena dia telah berubah dari seorang yang penuh gairah menjadi seseorang yang penuh tanggung jawab.
Nastiti Primadyastuti
(vem/ova)